Juniartha Semara Putra
Konsep Teori Model Health Promotion
Model Pender
Perubahan paradigma ini menempatkan
perawat pada posisi kunci dalam peran dan fungsinya. Hampir semua pelayanan
promosi kesehatan dan pencegahan penyakit baik di rumah sakit maupun
tatanan pelayanan kesehatan lain yang dilakukan oleh perawat (Cohen, 1996).
Perubahan peradigma pelayanan kesehatan dari kuratif kearah promotif
dan peventif ini telah direspon oleh ahli teori keperawatan Pender dengan
menghasilkan karya tentang Health Promotion Model atau model promosi
kesehatan. Model ini menggabungkan 2 teori yaitu teori nilai harapan (expectancy
value) dan teori kognitif social (social cognitive theory) yang
konsisten dengan semua teori yang memandang pentingnya promosi kesehatan
dan pencegahan penyakit adalah suatu yang hal logis dan ekonomis.
1. Komponen
Teori Model Promosi Kesehatan
Adapun
komponen elemen dari teori ini adalah sebagai berikut:
a.
Teori Nilai Harapan (Expectancy value
Theory)
Menurut teori nilai harapan,
perilaku sehat bersifat rasional dan ekonomis. Seseorang akan mulai bertindak
dari perilakunya yang akan tetap digunakan dalam dirinya, ada 2 hal pokok yaitu
·
Hasil
tindakan bersifat positif
·
Pengambilan
tidakan untuk menyempurnakan hasil yang di inginkan
b.
Teori Kognitif Sosial (Social Cognitive Theory)
Teori model interaksi yang meliputi
Iingkungan, manusia dan perilaku yang saling mempengaruhi. Teori ini menekankan
pada
·
Pengarahan
diri (self direction)
·
Pengaturan diri (self regulation)
·
Persepsi terhadap kemajuan diri (self
efficacy)
Teori
ini mengemukakan bahwa manusia memiliki kemampuan dasar
Ø Simbolisasi yaitu proses dan
transformasi pengalaman sebagai petunjuk untuk tindakan yang akan datang.
Ø Pikiran ke depan, mengantisipasi kejadian yang
akan muncul dan merencanakan tindakan untuk mencapai tujuan yang bermutu
Ø Belajar dari pengalaman orang lain. Menetapkan
peraturan untuk generasi dan mengatur perilaku melalui observasi tanpa perlu
me1akukan trial and error
Ø Pengaturan diri menggunakan standar internal
dan reaksi evaluasi diri untuk memotivasi dan mengatur perilaku, mengatur
lingkungan ekstemal untuk menciptakan motivasi dalam bertindak.
Ø Refleksi diri, berfikir tentang
proses pikir seseorang dan secara aktif memodifikasinya
Menurut
teori ini kepercayaan diri dibentuk melalui observasi dan refleksi diri.
Kepercayaan diri terdiri dari:
1.
Pengenalan
diri (self atribut)
2.
Evaluasi
diri ( self evaluation)
3.
Kemajuan
diri (self efficacy)
Kemajuan diri adalah kemampuan
seseorang untuk melakukan tindakan-tindakan tertentu yang berkembang melalui
pengalaman, belajar dari pengalaman yang lain, persuasi verbal dan respons
badaniah terhadap situasi tertentu. Kemajuan diri merupakan fungsi dari
kemampuan (capability) yang berlebihan yang membentuk kompetensi dan
kepercayaan diri. Kemajuan adalah konstruksi sentral dari HPM.
2. Asumsi
dari Model Promosi Kesehatan
a. Manusia mencoba menciptakan kondisi
agar mereka tetap hidup dan dapat mengekspresikan keunikannya
b. Manusia mempunyai kapasitas untuk
merefleksikan kesadaran dirinya, termasuk penilaian terhadap kemampuannya
c. Manusia menilai perkembangan sebagai
suatu nilai yang positif dan mencoba mencapai keseirnbangan perubahan diri yang
stabil.
d. Setiap individu secara aktif
berusaha mengatur perilakunya.
e. Individu dalam biopsikososial yang kompleks
berinteraksi dengan lingkungannya secara terus menerus
f. Profesional kesehatan merupakan
bagian dari lingkungan interpersonal yang perpengaruh terhadap manusia
sepanjang hidupnya.
g. Pembentukan kembali konsep diri
manusia dengan lingkungan adalah penting untuk perubahan perilaku
3. Proposisi
Model Pomosi Kesehatan
a. Perilaku sebelumnya dan
karakteristik yang diperoleh mempengaruhi kepercayaan dan perilaku untuk
meningkatkan kesehatan.
b. Manusia melakukan perubahan perilaku dimana mereka
mengharapkan keuntungan yang bernilai bagi dirinya.
c. Rintangan yang dirasakan dapat
menjadi penghambat kesanggupan melakukan tindakan, suatu mediator perilaku
sebagaimana perilaku nyata.
d. Promosi atau pemanfaatan diri
akan menambah kemampuan untuk melakukan tindakan.
e. Pengaruh positif pada perilaku
akibat pemanfaatan diri yang baik dapat menambah hasil positif.
f. Ketika eniosi yang positif atau
pengaruh yang berhubungan dengan perilaku, maka kemungkinan menambah komitmen
untuk bertindak
g. Manusia lebih suka melakukan promosi
kesehatan ketika model perilaku itu menarik, perilaku yang diharapkan terjadi
dan dapat mendukung perilaku yang sudah ada.
h. Keluarga, kelompok dan pemberi layanan
kesehatan adalah sumber interpersonal yang penting yang mempengaruhi,
menambah atau mengurangi keinginan untuk berperilaku promosi kesehatan.
i.
Pengaruh situasional pada lingkungan eksternal
dapat menambah atau mengurangi keinginan untuk berpartisipasi dalam perilaku
promosi kesehatan.
j.
Komitmen
terbesar pada suatu rencana kegiatan yang spesifik lebih memungkinkan perilaku
promosi kesehatan dipertahankan untuk jangka waktu yang lama.
k. Komitmen pada rencana kegiatan
kemungkinan kurang menunjukan perilaku yang diharapkan apabila seseorang
mempunyai kontrol yang rendah dan kebutuhan yang diinginkan tidak tersedia.
l.
Seseorang
dapat memodifikasi kognisi, mempengaruhi interpersonal dan lingkungan fisik
yang mendorong rnelakukan tindakan kesehatan
4. Penjelasan
model HPM pender
A. Karakteristik dan pengalaman
individu
1. Perilaku sebelumnya
Perilaku sebelumnya mempunyai pengaruh
langsung atau tidak langsung dalam pelaksanaan perilaku promosi kesehatan,
yaitu:
·
Pengaruh
langsung dari perilaku masa lalu terhadap perilaku promosi kesehatan saat ini
dapat menjadi pembentuk kebiasaan yang mempermudah seseorang melaksanakan
perilaku tersebut secara otomatis.
·
Pengaruh
tidak langsungnya adalah melalui persepsi pada self efficacy,
manfaat, hambatan dan pengaruhi aktivitas yang muncul dari perilaku tersebut.
Pengaruh positif atau negatif dari perilaku baik sebelum, saat itu ataupun
setelah perilaku tersebut dilaksanakan akan dimasukan kedalam memori sebagai
informasi yang akan dimunculkan kembali saat akan melakukan perilaku tersebut di
kemudian waktu. Perawat dapat membantu pasien membentuk suatu riwayat perilaku
yang positif bagi masa depan dengan memfokuskan pada tahap perilaku tersebut.
Membantu pasien bagaimana mengatasi rintangan dalam melaksanakan perilaku
tersebut dan meningkatkan level/ kadar efficacy dan pengaruh
positif melalui pengalaman yang sukses dan feed back yang positif.
2. Faktor Personal
Faktor
personal meliputi aspek biologis, psikologis dan social budaya. Faktor -
faktor ini merupakan prediksi dari perilaku yang didapat dan dibentuk secara
alami oleh target perilaku
3. Faktor Biologis Personal
Termasuk
dalam faktor ini adalah umur, indeks massa tubuh, status pubertas, status
menopause, kapasitasa erobik, kekuatan, kecerdasan atau keseimbangan.
4. Faktor Psikologis Personal
Varibel
yang merupakan bagian dari faktor ini adalah harapan diri, motivasi, kemampuan
personal, status kesehatan,dan definisi sehat
5. Faktor social kultural
Faktor
ini meliputi suku, etnis, pendidikan, dan status ekonomi
B. Perilaku Spesifik Pengetahuan dan
Sikap (Behaviour-Spesific Cognitionsand Affect)
1. Manfaat Tindakan (Perceived
Benefits of Actions)
Rencana
seseorang melaksanakan perilaku tertentu tergantung pada antisipasi terhadap
manfaat atau hasil yang akan dihasilkan. Antisipasi manfaat merupakan
representasi mental dan konsekuensi perilaku positif. Berdasarkan teori expecting
value.
2. Hambatan Tindakan yang dirasakan (Perceived
Barriers to Actions)
Hambatan
yang diantisipasi telah secara berulang terlihat dalam penelitian empiris,
mempengaruhi intensitas untuk terlibat dalam suatu perilaku yang nyata dan
perilaku actual yang dilaksanakan. Dalam hubungannya dengan perilaku promosi
kesehatan, Hambatan-hambatan ini dapat berupa imaginasi maupun nyata. Hambatan
ini terdiri atas : persepsi mengenai ketidaktersediaan,
tidak menyenangkan, biaya, kesulitan atau penggunaan waktu untuk
tindakan-tindakan khusus. Hambatan-hambatan ini sering dilihat sebagai suatu
blocks, rintangan dan personal cost dari perilaku yang diberikan.
Hilangnya kepuasan dalam menghindari atau menghilangkan perilaku-perilaku yang
merusak kesehatan seperti merokok atau makan makanan tinggi lemak untuk
mengadopsi perilaku / gayahidup yang lebih sehat juga dapat menjadi suatu
halangan. Halangan ini biasanya membangunkan motivasi untuk menghindari
perilaku-perilaku yang diberikan. Bila kesiapan untuk bertindak rendah dan
hambatan tinggi maka tindakan ini tidak mungkin terjadi. Jika kesiapan untuk
bertindak tinggi dan harnbatan rendah kemungkinan untuk melakukan tindakan
lebih besar. Barier tindakan seperti yang dilukiskan dalam HPM mempengaruhi
prornosi kesehatan secara langsung dengan bertindak sebagai locks terhadap
tindakan seperti penurunan komitmen untuk merencanakan tindakan.
3. Kemajuan Diri (Perceived Self Efficacy)
Self efficacy seperti didefinisikan oleh Bandura adalah judgment
/ keputusan dari kapabilitas seseorang untuk mengorganisasi dan
menjalankan tindakan secara nyata. Judgment dari personal efficacy dibedakan
dari harapan yang ada dalarn tujuan. Perceived self efficacy adalah
judgment dari kemampuan untuk menyelesaikan tingkat performance yang pasti,
dimana tujuannya atau harapannya adalah suatu judgment dari suatu konsekuensi
(contohnya benefit dan cost) sebanyak perilaku yang akan dihasilkan. Persepsi dari
ketrampilan dan kompetensi dalam domain Motivasi individu untuk melibatkan
perilaku-perilaku yang mereka lalui. Perasaan efficacy dan ketrampilan
dalam performance seseorang sepertinya mendorong untuk melibatkan/
menjalankan perilaku yang lebih banyak daripada perasaan ceroboh dan tidak
terampil
Pengetahuan individu tentang self
efficacy didasarkan pada 4 tipe informasi :
1.
Pencapaian
performance dari perilaku yang dilaksanakan secara nyata dan
evaluasi performance yang berhubungan dengan beberapa standar pribadi
atau umpan balik yang diberikan
2.
Pengalaman-pengalaman
dan mengobservasi performan-ce orang lain dan hubungannya dengan
evaluasi diri sendiri dan umpan balik dan orang lain.
3.
Ajakan
secara verbal kepada orang lain bahwa mereka mempunyai kemampuan untuk melaksanakan
tindakan tertentu.
4.
Kondisi
psikologis (kecemasan, ketakutan, ketenangan) di mana seseorang menyatakan
kemampuannya
5.
Dalam HPM, self efficacy yang
diperoleh dipengaruhi oleh aktivity related affect. Makin
positif affeck, makin besar persepsi eficacynya, sebaliknya self
eficacy mempengaruhi hambatan tindakan, dimana efficacy yang tinggi
akan mengurangi persepsi terhadap hambatan untuk melaksanakan perilaku yang
ditargetkan. Self efficacy memotivasi perilaku promosi kesehatan secara
langsung dengan harapan efficacy dan secara tidak langsung dengan
mempengaruhi hambatan dan komitmen dalam melaksanakan rencana tindakan.
Ø Activity-Related Affect (sikap yang berhubungan dengan
Aktivitas)
Perasaan subjektif muncul sebelum, saat
dan setelah suatu perilaku, didasarkan pada sifat stimulus perilaku itu
sendiri. Respon afektif ini dapat ringan, sedang atau kuat dan secara sadar di
nanti, disimpan didalam memori dan dihubungkan dengan pikiran-pikiran perilaku
selanjutnya. Respon-respon afektif terhadap perilaku khusus terdiri atas 3
komponen yaitu : emosional yang muncul terhadap tindakan itu sendiri (activity-related),
menindak diri sendiri (self-related), atau lingkungan dimana tindakan
itu terjadi (context-related).
Perasaan yang dihasilkan kemungkinan akan
mempengaruhi apakah individu akan mengulang perilaku itu lagi atau
mempertahankan perilaku lamanya. Perasaan yang tergantung pada perilaku ini
telah diteliti sebagai determinan perilaku kesehatan pada penelitian terakhir.
Perilaku yang berhubungan dengan afek positif kemungkinan akan di ulang dan
yang negatif kemungkinan akan dihindari. Beberapa perilaku bisa menimbulkan
perasaan positif dan negatif. Dengan demikian, keseimbangan di antara
afek positif dan negative sebelum, saat dan setelah perilaku
tersebut merupakan hal yang penting untuk diketahui.
Activity-related Affect ini
berbeda dari dimensi evaluasi terhadap sikap yang dikemukakan olch Fishbein dan
Ajzen. Dimensi evaluasi terhadap sikap lebih mencerminkan evaluasi afektif pada
hasil spesifik dari suatu perilaku dari pada respon terhadap sifat stimulus
perilaku itu sendiri. Untuk beberapa perilaku yang diberikan, rentang penuh
dari perasaan negatif dan positif harus diuraikan sehingga keduanya dapat
diukur secara akurat. Dalam beberapa instrument untuk mengukur afek, perasaan
negatif diuraikan secara lebih luas dari pada perasaan positif. Hal ini tidak
rnengherankan karena kecemasan, ketakutan dan depresi telah diteliti lebih
banyak dibandingkan perasaan senang, gembira dan tenang. Berdasarkan
teori kognitif social, terdapat hubungan antara self-efficacy dan activity
related affect.
McAulay dan Courneya menemukan bahwa
respon afek positif saat latihan merupakan predictor yang penting terhadap
Efficacy setelah latihan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Bandura bahwa respon
emosional dan pengaruhnya terhadap keadaan psikologis saat melakukan suatu
perilaku berperan sebagai sumberi informasi efficacy. Dengan demikian, activity-related
Affect dikatakan mempengaruhi perilaku kesehatan secara langsung
maupun tidak langsung melalui self-efficacy dan komitmen terhadap
rencana tindakan.
Ø Interpersonal Influences
Menurut
HPM, pengaruh interpersonal adalah kesadaran mengenai perilaku, kepercayaan
atau pun sikap terhadap orang lain. Kesadaran ini bisa atau
tidak bisa sesuai dengan kenyataan. Sumber utama pengaruh
interpersonal pada perilaku promosi kesehatan adalah keluarga (orang tua
dan saudara kandung), teman, dan petugas perawatan kesehatan. Pengaruh
interpersonal meliputi: norma (harapan dari orang-orang yang berarti), dukungan
sosial (dorongan instrumental dan emosional) dan modeling (pembelajaran
melalui mengobservasi perilaku khusus seseorang). Tiga proses interpersonal
ini pada sejumlah penelitian kesehatan tampak mempredisposisi seseorang
untuk melaksanakan perilaku promosi kesehatan. Norma sosial
mernbentuk standar pelaksanaan yang dapat dipakai atau ditolak oleh
individu. Dukungan social untuk suatu perilaku menyediakan sumber-sumber
dukungan yang diberikan oleh orang lain. Modeling menggambarkan komponen
berikutnyadari perilaku kesehatan dan merupakan strategi yang penting bagi
perubahan perilaku dalam teori kognitif social. Pengaruh interpersonal
mernpengaruhi perilaku promosi kesehatan secara langsung maupun tidak
langsung melalui tekanan social atau dorongan untuk komitmen terhadap rencana
tindakan
Individu sangat berbeda dalam sensitivitas
mereka terhadap harapan, contoh pujian orang lain. Namun, diberikan motivasi
yang cukup untuk berperilaku dalam cara yang konsisten dengan pengaruh
interpersonal, individu mungkin akan melakukan perilaku-perilaku yang akan
menimbulkan pujian dan dukungan social bagi mereka.
Ø Pengaruh Situasional (Situational
Influences)
Persepsi dan kesadaran personal terhadap berbagai situasi
atau keadaan dapat memudahkan atau menghalangi suatu perilaku. Pengaruh situasi
pada perilaku promosi kesehatan meliputi persepsi terhadap pilihan yang
ada, kharakteristik permintaan, dan ciri-ciri estetik dari suatu lingkungan
dimana perilaku tersebut dilakukan. Individu tertarik dan lebih kompeten
dalam perilakunya di dalam situasi atau keadaan lingkungan yang mereka rasa
lebih cocok dari pada lingkungan yang tidak cocok, lingkungan
yang berhubungan dari pada yang asing, lingkungan yang aman dan meyakinkan
dari pada lingkungan yang tidak aman dan mengancarn. Lingkungan yang
menarik juga lebih diinginkan untuk melaksanakan perilaku kesehatan
Dalarn HPM, pengaruh situasional telah dikemukakan sebagai
pengaruh langsung atau tidak langsung pada perilaku kesehatan. Situasi dapat secara
langsung mempengaruhi perilaku dengan menyediakan suatu lingkungan yang diisi
dengan petunjuk-petunjuk yang akan menimbulkan tindakan. Sebagai contoh, sutau
lingkungan yang di tulis dilarang merokok akan menciptakan klarakteristik
perilaku tidak merokok dilingkungan tersebut seperti yang diminta. Kedua
situasi ini mendukung komitmen untuk tindakan kesehatan. Pengaruh situasional
telah memberikan sedikit perhatian pada penelitian HPM sebelumnya dan dapat
diteliti lebih lanjut sebagai determinan yang secara potensial penting
bagi perilaku kesehatan. Mereka dapat dipegang sebagai kunci penting dalam
mengembangkan stategi baru yang lebih efektif untuk memfasilitasi penerirnaan
dan pemelihaman perilaku kesehatan.
C. Hasil Perilaku
Tanggung jawab untuk merencanakan tindakan
(POA) merupakan awal dari suatu peristiwa perilaku. Tanggung jawab ini akan
mendorong individu ke arah perilaku yang di harapkan
o
Tanggung
Jawab Untuk Merencanakan Tindakan (POA)
Manusia
umumnya meningkatkan perilaku berorganisasi dari pada tidak. Kesengajaan adalah
faktor utama yang menentukan kemauan berperilaku. Tanggung dalam merencanakan
tindakan pada HPM yang telah direvisi menunjukkan pokok yang mendasari
proses kognitif:
o
Tanggung
jawab untuk melakukan tindakan yang spesifik pada waktu dan tempat yang telah
diberikan dengan orang-orang tertentu atau secara sendirian, dengan mengabaikan
pilihan berkompetensi
o
Mengidentifikasi
strategi-strategi yang menentukan untuk mendapatkan, membawa dan memperkuat
perilaku
o
Kebutuhan
mengidentifikasi strategi-strategi spesifik digunakan pada tempat yang berbeda
didalam rangkaian perilaku, kedepannya merupakan kemungkinan yang disengaja dan
yang lebih lanjut bahvva perencanaan tindakan (POA) yang dikembangkan oleh
perawat dan klien akan sukses di implementasikan. Tanggung jawab sendiri tanpa
strategi-strategi dari teman sejawat sering mengahasilkan tujuan yang
baik" namun gagal membentuk suatu nilai perilaku kesehatan
o
Kebutuhan Untuk Segera Berkompetisi dan
Pilihan-Pilihan
Kebutuhan untuk segera berkompetisi atau
pilihan-pilihan merujuk pada alternatif perilaku yang memaksakan kedalam
kebingungan sebagai bagian dari yang mungkin terjadi sebelumnya dan segera
diharapkan menjadi perilaku promosi kesehatan yang direncanakan. Kebutuhan
berkompetisi dipandang sebagai perilaku alternatif dimana individu relatif
memiliki level kontrol yang rendah karena ketergantungan terhadap lingkungan
seperti bekerja atau tanggung jawab perawatan keluarga. Kegagalan berespon
terhadap suatu kebutuhan dapat memiliki efek yang tidak menguntungkan untuk
diri sendiri atau untuk hal-hal lain yang penting. Pilihan berkompetisi
dipandang sebagai alternatif perilaku dengan kekuatan penuh yang bersifat lebih
yang mana individu relatif menggunakan level kontrol yang tinggi. Mereka dapat
mengeluarkan perilaku promosi kesehatan dan setuju menjadi perilaku kompetisi.
Tingkat dimana individu mampu Melawan pilihan kompetensi tergantung pada
kemampuannya menjadi pengatur diri. Contoh dari "memberi" pilihan
kompetetisi adalah memilih makanan tinggi lemak dari pada rendah lemak karena
rasa atau selera pilihan; mengemudi dengan melewati pusat rekreasi; selalu
berlatih berhenti di mall (suatu pilihan untuk melihat-lihat atau belanja
daripada berolahraga). Kedua kebutuhan kompetisi dan pilihan dapat menggelincirkan
suatu rencana tindakan yang salah satunya telah dilakukan. Kebutuhan kompetisi
dapat berbeda dari rintangan yang harus dibawa oleh individu dan perilaku yang
tidak diantisipasi berdasarkan pada kebutuhan eksternal atau hasil yang tidak
baik/thengtintungkan dapat terjadi. Pilihan kompetisi dapat berbeda dari
rintangan seperti kekurangan waktu, karena pilihan kompetisi adalah dorongan
terakhir yang didasari pada hirarki pilihan yang menggelincirkan suatu
rencana untuk tindakan kesehatan yang positif. Ada terdapat bermacam
kemampuan individu untuk mendukung perhatian dan menghindari gangguan. Beberapa
individu dapat mempengaruhi perkembangan atau secara biologis menjadi lebih
mudah dipengaruhi selama tindakan daripada yang lain. Hambatan pilihan
kompetensi memerlukan latihan dari pengaturan diri sendiri. Komitmen yang
kuat untuk trieteneanikati tindakan dapat mendukung pengabdian untuk
melengkapai suatu perilaku mengingat kebutuhan akan kornpetisi atau pilihan.
Didalarn HPM, kebutuhan kompetisi dengan segera dan pilihan secara
langsung mempengaruhi kemungkinan terjadinya perilaku kesehatan sebagaimana
penganth tanggung jawab modera
o
Perilaku
Prornosi Kesehatan
Variable
pada model ini telah ditujukan secara ekstensif melalui buku sehingga disini memerlukan
sedikit diskusi yang lebih jauh. Perilaku promosi kesehatan adalah
titik akhir atau hasil tindakan pada HPM. Bagaimanapun harus dicatat bahwa
perilaku promosi kesehatan pada akhirnya adalah langsung bertujuan untuk
mencapai kesehatan yang positif bagi klien. Perilaku promosi kesehatan,
khususnya ketika berintegrasi menjadi gaya hidup sehat yang meliputi semua
aspek kehidupan, menghasilkan pengalarnan kesehatan yang positif
disepanjang proses kehidupan
APLIKASI MODEL HEALTH PROMOTION
NOLA J. PENDER PADA KASUS IBU PRIMIPARA TRIMESTER III
A. Gambaran Kasus
Ny.
M (25 th), G1 P0 A0, umur kehamilan 38-39 minggu. Tekanan darah 100/60 mmHg,
nadi 90x/menit, pernafasan 24x/menit, suhu 37°C. Keadaan umum baik, penampilan
rapi, gaya berjalan lordosis, mudah kelelahan dan kadang-kadang timbul his.
Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, tidak ada gangguan penglihatan.
Nafsu makan baik, 3x sehari diselingi bubur dan susu, BB bertambah 11 kg dari
sebelum hamil. BAB 1x sehari, BAK lebih sering terutama malam hari. Tidur 8
jam/hari, lelap dan bangun tampak segar. Riwayat menarche usia 13 th, siklus
haid 30 hari selama 5-6 hari. Pada pemeriksaan abdomen didapatkan data: TFU 3
jari dibawah prosesus xipoideus, bayi tunggal, pada fundus teraba bokong,
presentasi kepala, kepala janin sudah masuk pintu atas panggul, punggung janin
berada disebelah kanan ibu, DJJ 147x/menit.
Ny.
M tinggal di rumah kontrakan bersama dengan suami yaitu Tn. W (27th) dan ibu
Tn. W yaitu Ny. T (55th) yang sementara tinggal di rumah Tn. W untuk menemani
Ny. W selama proses persalinan dan merawat bayinya. Keluarga Tn. W merupakan
pasangan baru menikah dan dalam tahap mempersiapkan kelahiran anak pertama.
Pernikahan mereka disetujui oleh kedua belah pihak keluarga dan janin yang
dikandung merupakan anak yang sangat diharapkan. Dalam keluarga tidak ada
penyakit keturunan. Pembuat keputusan tehadap permasalahan dalam keluarga
diambil oleh Tn W, tetapi terdapat diskusi dalam keluarga tersebut.
Norma
budaya menganut budaya jawa tetapi tidak diterapkan dalam semua sisi kehidupan.
Keluarga saling menyayangi dan komunikasi berjalan dengan baik. Jika ada
keluarga yang sakit dibawa berobat ke Puskesmas. Selama kehamilan Ny. W
memeriksakan kehamilan di bidan praktek. Stessor yang dialami saat ini adalah
menghadapi persalinan, tidak mengetahui tanda-tanda persalinan dan bagaimana
melahirkan nanti. Ny. W sering bertanya tentang kehamilannya kepada ibu
mertuanya. Ny. W ingin mengetahui kondisi janinnya dan ingin mengetahui cara
menghadapi proses persalinan nanti.
B. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Berdasarkan
Model Promosi Kesehatan, perawat harus melakukan pengkajian komprehensif agar
dapat mengembangkan rencana asuhan keperawatan. Pengkajian yang dilakukan oleh
perawat adalah :
a.
Pengkajian karakteristik dan pengalaman individual yang
meliputi pengkajian perilaku sebelumnya dan pengkajian faktor personal.
Pengkajian perilaku sebelumnya
meliputi pengalaman kehamilan sebelumnya. Hasil pengkajian ini menunjukkan ibu
hamil pertama dengan usia kehamilan 38-39 minggu, belum ada pengalaman
persalinan sebelumnya. Ibu tidak mengetahui tentang tanda-tanda persalinan. Ibu
melakukan perawatan antenatal dengan memeriksakan kehamilannya di bidan
praktek.
Pengkajian faktor personal meliputi
faktor biologis (usia, jenis kelamin, indeks massa tubuh, status pubertas,
kapasitas aerobik, kekuatan, kecerdasan, keseimbangan), faktor psikologis
(harga diri, motivasi diri, kompetensi personal, status kesehatan sebelumnya,
definisi tentang kesehatan) dan faktor sosial budaya (ras, etnik, penyesuaian
diri, status sosial ekonomi). Hasil pengkajian ini menunjukkan bahwa usia ibu
25 tahun, Tekanan darah 100/60 mmHg, nadi 90x/menit, pernafasan 24x/menit, suhu
37°C. Keadaan umum baik, penampilan rapi, gaya berjalan lordosis, mudah
kelelahan dan kadang-kadang timbul his (braxton hicks). Konjungtiva tidak
anemis, sklera tidak ikterik, tidak ada gangguan penglihatan. Nafsu makan baik,
3x sehari diselingi bubur dan susu, BB bertambah 11 kg dari sebelum hamil. BAB
1x sehari, BAK lebih sering terutama malam hari, ibu sulit untuk memulai tidur.
Riwayat menarche usia 13 th, siklus haid 30 hari selama 5-6 hari. Ibu berasal
dari betawi tetapi suami berasal dari jawa. Norma budaya menganut budaya jawa
tetapi tidak diterapkan dalam semua sisi kehidupan. Keluarga saling menyayangi
dan komunikasi berjalan dengan baik. Suami Ny. M bekerja sebagai pegawai toko
keramik dengan penghasilan rata-rata 1 juta perbulan. Keluarga dapat
menyisihkan penghasilan untukpersiapan persalinan.
b.
Pengkajian perilaku spesifik, pengetahuan dan sikap
individu yang meliputi persepsi tentang manfaat tindakan, persepsi tentang
hambatan tindakan, persepsi tentang kemampuan diri, aktivitas yang berhubungan
dengan sikap, pengaruh interpersonal dan pengaruh situasional. Pengaruh
interpersonal meliputi norma, dukungan sosial dan role model. Pengaruh
interpersonal terutama berasal dari keluarga,kelompokdan tenaga kesehatan
c.
Pengkajian mengenai hasil perilaku yang meliputi
komitmen terhadap rencana tindakan, tuntutan yang mendesak dan adanya
pilihan-pilihan yang lebih baik serta perilaku promosi kesehatan.
2. Diagnosa Keperawatan
a.
Masalah karakteristik dan pengalaman individual
·
Koping individu tidak efektif berhubungan dengan
kurang pengetahuan mengenai tanda-tanda persalinan
·
Gangguan pola tidur berhubungan dengan
ketidaknyamanan pada akhir kehamilan
·
Intolerans aktivitas berhubungan dengan
meningkatnya berat badan dan perubahan pusat gravitas
·
Nyeri
berhubungan dengan kontraksi braxton hicks
b.
Masalah perilaku spesifik, pengetahuan dan sikap
individu
·
Penerimaan progresif terhadap kehadiran j
·
anin
·
Memulai fantasi tentang personality
janinMengembangkan hubungan kerja yang langsung kepada dukungan saling
menguntungkan selama kehamilan dan parenting
·
Mengenali saling ketergantungan antar anggota
keluarga
c.
Masalah hasil
perilaku
·
Memulai persiapan lingkungan bagi bayi baru
lahir
·
Persiapan
progresif terhadap persalinan
·
Membuat rencana persalinan untuk
mengkomunikasikan keinginan personal terhadap pengalaman melahirkan
3. Intervensi
a. Karakteristik
dan pengalaman individual
·
Koping individu tidak efektif dapat diatasi
dengan mendiskusikan tanda-tanda persalinan pasti/palsu (true labor dan
false labor) yang meliputi frekuensi, durasi dan intensitas kontraksi,
pecahnya ketuban dan bloody show.
·
Gangguan
pola tidur dapat diatasi dengan meyakinkan pada ibu bahwa gangguan tidur normal
terjadi pada akhir kehamilan, mendiskusikan dan mendemontrasikan teknik
relaksasi, effleurage, penggunaan bantal sebagai penyokong,
mengajarkan mengenai posisi yang nyaman saat tidur, menganjurkan untuk mandi
air hangat dan minum susu sebelum tidur serta mengeksplorasi suasana yang
nyaman untuk memulai tidur (seperti kasur yang empuk, lampu dimatikan dan
suasana hening).
·
Intolerans aktivitas dapat diatasi dengan
mengajarkan postur tubuh yang baik, tidur dengan menggunakan banyak bantal,
mengajarkan teknik bernapas, menganjurkan ibu untuk sering istirahat ketika
melakukan aktivitas serta penggunaan alat bantu ketika beraktivitas.
·
Nyeri yang berhubungan dengan kontraksi braxton
hicks dapat diatasi dengan mengkaji frekuensi, kekuatan dan keteraturan
kontraksi untuk mengetahui apakah merupakan tanda persalinan pasti/palsu,
meyakinkan ibu bahwa braxton hikcs merupakan kondisi yang normal saat
kehamilan, menganjurkan ibu untuk berjalan/beraktivitas ketika braxton
hicks, mengajarkan teknik pernapasan dan relaksasi serta menganjurkan ibu
untuk miring ke kiri pada saat istirahat/tidur.
b. Perilaku
spesifik, pengetahuan dan sikap individu
Ø Penerimaan
progresif terhadap kehadiran janin dapat ditingkatkan dengan menunjukkan
bagian-bagian janin saat pemeriksaan abdomen, mengusahakan agar ibu dapat
mendengar denyut jantung janin, reinforce hasil observasi ibu terhadap
janin serta memberikan informasi mengenai karakteristik janin sesuai dengan
umur kehamilan.
Ø Memulai
fantasi tentang personality janin dapat diintervensi dengan
mengeksplorasi fantasi ibu dan meyakinkan bahwa berfantasi mengenai janin
merupakan sesuatu yang normal.
Ø Mengembangkan
hubungan kerja yang langsung kepada dukungan saling menguntungkan selama
kehamilan dan parenting dapat ditingkatkan dengan menganjurkan ibu
untuk membagi perasaannya dengan suami, memberikan informasi mengenai kelas
prenatal, memberikan reinforcement saat ibu sudah melakukan teknik
pernapasan dan relaksasi yang benar serta memberikan informasi mengenai parenting.
Ø Mengenali
saling ketergantungan antar anggota keluarga dapat ditingkatkan dengan
memberikan reinforcemet saat anggota keluarga saling berbagi perasaan
dan mengembangkan cara supaya pasangan terlibat dalam kehamilan, persalinan dan
bayi.
c. Hasil
perilaku
o Memulai
persiapan lingkungan bagi bayi baru lahir dapat ditingkatkan melalui pemberian
informasi tentang jenis-jenis perlengkapan yang penting bagi bayi, bagaimana
cara merawat bayi dan memberikan reinforcement terhadap persiapan yang
telah dilakukan.
o Persiapan
progresif terhadap persalinan dapat ditingkatkan melalui pemberian informasi
mengenai metode persalinan, mengajarkan teknik pernapasan dan relaksasi serta
meminta ibu untuk mendemontrasikan dan mengoreksi teknik yang kurang benar.
o Membuat
rencana persalinan untuk mengkomunikasikan keinginan personal terhadap
pengalaman melahirkan dapat ditingkatkan dengan mengekplorasi alternatif yang
realistis terhadap pengalaman persalinan, memberikan reinforcment
terhadap pembuatan keputusan dan mengkomunikasikan keinginan ibu kepada petugas
kesehatan dimana ibu akan melahirkan.
No comments:
Post a Comment