WHO AM I?

I PUTU JUNIARTHA SEMARA PUTRA POLTEKKES KEMENKES DENPASAR JURUSAN KEPERAWATAN

Thursday, April 5, 2012

Tuberkulosis atau TBC


BAB I
PENDAHULUAN

1.1              Latar Belakang
TUBERKULOSIS atau TBC merupakan penyakit infeksi kuman Myobacterium tuberculosis yang bisa menyerang berbagai organ tubuh kita dimana paru-paru merupakan organ yang paling rawan terhadap infeksi penyakit ini.
TBC merupkan penyebab kematian  no. 2 di Indonesia. Sekitar 1,9 milyar manusia atau sepertiga penduduk dunia telah terinfeksi kuman ini sehingga Badan Kesehatan Dunia (WHO) mencanangkan TBC sebagai masalah gawat darurat yang perlu segera ditangani.
TBC bisa menular lewat percikan dahak penderita TBC paru yang mengandung kuman, yang dikeluarkan saat mereka batuk, bersin, bersiul atau menyanyi. Namun tidak semua orang yang menghisap kuman TBC akan menjadi sakit. Faktor daya tahan tubuh sangat berpengaruh terhadap penyakit ini.
Cara ampuh mencegah penularannya adalah Hindari kontak dengan penderita, namun hal ini tidak mudah untuk dilakukan karena kita seringkali tidak dapat membedakan apakah seseorang itu menderita TBC atau tidak.
Pengobatan total untuk penderita TBC akan membantu meredakan penularan penyakit ini, tapi seringkali penderita tidak patuh menjalani pengobatan
Jadi dalam hal ini tidak bisa kita pungkiri lagi bahwa keluarga merupakan sasaran utama yang peling berperan dalam pencegahan pada penularan penyakit ini.
1.2              Rumusan Masalah
1.      Apa definisi keluarga itu ?
2.      Bagaimana peran dan struktur keluarga?
3.      Apa saja fungsi keluarga ?
4.      Apa saja tugas keluarga di bidang kesehatan ?
5.      Apa definisi tuberculosis itu?
6.      Bagaimana etiologi dari tuberculosis ?
7.      Bagaimana patofisiologis pada tuberculosis?
8.      Bagaimana manifestasi klinik dari tuberculosis?
9.      Bagaimana klasifikasi pada tuberculosis?
10.  Apa saja pemeriksaan penunjang pada pasien tuberculosis?
11.  Bagaimana penatalaksanaan pada pasien tuberculosis ?
12.  Bagaimana asuhan kepewawatan keluarga pada pasien tuberculosis ?

1.3              Tujuan
1.      Untuk mengetahui definisi keluarga
2.      Untuk mengetahui  peran dan struktur keluarga
3.      Untuk mengetahui fungsi keluarga
4.      Untuk mengetahui tugas keluarga di bidang kesehatan
5.      Untuk mengetahui definisi tuberculosis
6.      Untuk mengetahui etiologi dari tuberculosis
7.      Untuk mengetahui patofisiologis pada tuberculosis
8.      Untuk mengetahui manifestasi klinik dari tuberculosis
9.      Untuk mengetahui klasifikasi pada tuberculosis
10.  Untuk mengetahui  pemeriksaan penunjang pada pasien tuberculosis
11.  Untuk mengetahui penatalaksanaan pada pasien tuberculosis
12.  Untuk mengetahui asuhan kepewawatan keluarga pada pasien tuberculosis









BAB II
PEMBAHASAN

2.1        Konsep Dasar Keperawatan Kelurga
2.1.1        Pengertian
Keluarga adalah suatu kelompok terdiri dari dua individu atau lebih yang memiliki hubungan darah maupun tidak dan membentuk keluarga yang memiliki fungsinya masing-masing. Friedman (2003).
Keluarga adalah suatu ikatan / persekutuan hidup atas dasar perkawinan antara orang dewasa yang berlainan jenis yang hidup bersama atau seorang laki-laki atau seorang perempuan yang sudah sendirian dengan atau tanpa anak, baik anaknya sendiri atau adopsi, dan tinggal dalam sebuah rumah tangga. (Sayekti 1994).
2.1.2        Peran Dan Struktur Keluarga
a.       Pola komunikasi
Bila dalam keluarga komunikasi yang terjadi secara terbuka dan dua arah akan sangat mendukung bagi penderita TBC. Saling mengingatkan dan memotivasi penderita untuk terus melakukan pengobatan dapat mempercepat proses penyembuhan.
b.      Struktur peran keluarga
Bila anggota keluarga dapat menerima dan melaksanakan perannya dengan baik akan membuat anggota keluarga puas dan menghindari terjadinya konflik dalam keluarga dan masyarakat.
c.       Struktur kekuatan keluarga
Kemampuan anggota keluarga untuk mempengaruhi dan mengendalikan orang lain untuk mengubah perilaku keluarga yang mendukung kesehatan. Penyelesaian masalah dan pengambilan keputusan secara musyawarah akan dapat menciptakan suasana kekeluargaan. Akan timbul perasaan dihargai dalam keluarga.



d.      Nilai atau norma keluarga
Perilaku individu masing-masing anggota keluarga yang ditampakan merupakan gambaran dari nilai dan norma yang berlaku dalam keluarga.(Suprajitno, 2004: 7).
2.1.3        Fungsi Keluarga (Friedman, 1998)
a.       Fungsi Afektif
Keluarga yang saling menyayangi dan peduli terhadap anggota keluarga yang sakit TBC akan mempercepat proses penyembuhan. Karena adanya partisipasi dari anggota keluarga dalam merawat anggota keluarga yang sakit.
b.      Fungsi Sosialisasi dan Tempat Bersosialisasi
Fungsi keluarga mengembangkan dan melatih untuk berkehidupan sosial sebelum meninggalkan rumah untuk berhubungan dengan orang lain. Tidak ada batasan dalam bersosialisasi bagi penderita dengan lingkungan akan mempengaruhi kesembuhan penderita asalkan penderita tetap memperhatikan kondisinya .Sosialisasi sangat diperlukan karena dapat mengurangi stress bagi penderita.
c.       Fungsi Reproduksi
Keluarga berfungsi untuk mempertahankan generasi dan menjaga kelangsungan keluarga.Dan juga tempat mengembangkan fungsi reproduksi secara universal, diantaranya : seks yang sehat dan berkualitas, pendidikan seks pada anak sangat penting.
d.      Fungsi Ekonomi
Keluarga berfungsi untuk memenuhi kebutuhan keluarga, seperti kebutuhan makan, pakaian dan tempat untuk berlindung (rumah).Dan tempat untuk mengembangkan kemampuan individu meningkatkan penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga.
e.       Fungsi Perawatan / Pemeliharaan Kesehatan
Berfungsi untuk mempertahankan keadaan kesehatan anggota keluarga agar tetap memiliki produktivitas tinggi. Fungsi ini dikembangkan menjadi tugas keluarga di bidang kesehatan.

2.1.4        Tugas Keluarga Di Bidang Kesehatan
Dikaitkan dengan kemampuan keluarga dalam melaksanakan 5 tugas keluarga di bidang kesehatan yaitu :
a.       Mengenal masalah kesehatan keluarga
Kesehatan merupakan kebutuhan keluarga yang tidak boleh diabaikan karena tanpa kesehatan segala sesuatu tidak akan berarti dan karena kesehatanlah kadang seluruh kekuatan sumber daya dan dana keluarga habis.Ketidaksanggupan keluarga dalam mengenal masalah kesehatan pada keluarga salah satunya disebabkan oleh kurangnya pengetahuan . Kurangnya pengetahuan keluarga tentang pengertian, tanda dan gejala, perawatan dan pencegahan TBC.
b.      Memutuskan tindakan kesehatan yang tepat bagi keluarga
Tugas ini merupakan upaya keluarga yang utama untuk mencari pertolongan yang tepat sesuai dengan keadaan keluarga,dengan pertimbangkan siapa diantara keluarga yang mempunyai kemampuan memutuskan menentukan tindakan.keluarga.Tindakan kesehatan yang dilakukan oleh keluarga diharapkan tepat agar masalah kesehatan dapat dikurangi bahkan teratasi.Ketidaksanggupan keluarga mengambil keputusan dalam melakukan tindakan yang tepat,disebabkan karena keluarga tidak memahami mengenai sifat, berat dan luasnya masalah serta tidak merasakan menonjolnya masalah.
c.       Merawat keluarga yang mengalami gangguan kesehatan.
Keluarga dapat mengambil tindakan yang tepat dan benar, tetapi keluarga memiliki keterbatasan.Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit dikarenakan tidak mengetahui cara perawatan pada penyakitnya.Jika demikian ,anggota keluarga yang mengalami gangguan kesehatanperlu memperoleh tindakan lanjutan atau perawatan dapat dilakukan di institusi pelayanan kesehatan.
d.      Memodifikasi lingkungan keluarga untuk menjamin kesehatan keluarga
Pemeliharaan lingkungan yang baik akan meningkatkan kesehatan keluarga dan membantu penyembuhan. Ketidakmampuan keluarga dalam memodifikasi lingkungan bisa di sebabkan karena terbatasnya sumber-sumber keluarga diantaranya keuangan, kondisi fisik rumah yang tidak memenuhi syarat.
e.       Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan di sekitarnya bagi keluarga
Kemampuan keluarga dalam memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan akan membantu anggota keluarga yang sakit memperoleh pertolongan dan mendapat perawatan segera agar masalah teratasi.

2.2.      Definisi
Tuberkulosis paru adalah penyakit infeksi menahun menular yang disebabkan oleh kuman TB (Mycobacterium Tuberculosis). Kuman tersebut biasanya masuk ke dalam tubuh manusia melalui udara (pernapasan) ke dalam paru-paru, kemudian menyebar dari paru-paru ke organ tubuh yang lain melalui peredaran darah, yaitu : kelenjar limfe, saluran pernafasan atau penyebaran langsung ke organ tubuh lain (Depkes RI, 2002).
Tuberkulos adalah penyakit infeksius, yang terutama menyerang parenkim paru. Tuberculosis dapat juga ditularkan ke bagian tubuh lainnya termasuk meningen, ginjal, tulang dan nodus limfe (Smeltzer 2001).

2.3.      Etiologi
Penyebab tuberculosis adalah Mycobacterium Tuberkulosis. Kuman Mycobacterium Tuberkulosis adalah kuman berbentuk batang aerobik tahan asam yang tumbuh dengan lambat dan sensitive terhadap panas dan sinar ultraviolet (Smelzer, 2001: 5584).
Sebagian besar kuman terdiri atas asam lemak (lipid). Lipid inilah yang membuat kuman lebih tahan terhadap asam dan lebih tahan terhadap gangguan kimia dan fisik. Kuman dapat tahan hidup pada udara kering maupun dalam keadaan dingin (dapat tahan bertahun-tahun dalam lemari es). Hal ini terjadi karena kuman berada dalam sifat dormant.Dari sifat dormant ini kuman dapat bangkit kembali dan menjadikan tuberculosis aktif lagi (Bahar, 1999: 715).
Sifat lain kuman ini adalah kuman aerob, sifat ini menunjukkan bahwa kuman lebih menyenani jaringan yang lebih tinggi kandungan oksigennya.Dalam hal ini tekanan oksigen pada bagian apikal paru-paru lebih tinggi daripada bagian lain, sehingga bagian apikal inimerupakan tempat prediksi penyakit tuberculosis.
Kuman TBC menyebar melalui udara (batuk,tertawa dan bersin) dan melepaskan droplet. Sinar matahari langsung dapat mematikan kuman, akan tetapi kuman dapat hidup beberapa jam dalam suhu kamar (Dep Kes RI 2002).

2.4.      Patofisiologi
Tempat masuk kuman M. Tuberculosis adalah saluran pernafasan, saluran pencernaan dan luka terbuka pada kulit. Kebanyakan infeksi tuberkulosis (TBC) terjadi melalui udara, yaitu melalui inhalasi droplet yang mengandung kuman-kuman basil tuberkel yang berasal dari orang yang terinfeksi.
Tuberkulosis adalah penyakit yang dikendalikan oleh respon imunitas dengan melakukan reaksi inflamasi Bakteri dipindahkan melalui jalan nafas ,basil tuberkel yang mencapai permukaan alveolus biasanya diinhalasi sebagai suatu unit yang terdiri dari satu sampai tiga basil; gumpalan yang lebih besar cenderung tertahan di saluran hidung dan cabang besar bronkhus dan tidak menyebabkan penyakit. Setelah berada dalam ruang alveolus, basil tuberkel ini membangkitkan reaksi peradangan. Leukosit polimorfonuklear tampak pada tempat tersebut dan memfagosit bakteri namun tidak membunuh organisme tersebut. Setelah hari-hari pertama leukosit diganti oleh makrofag. Alveoli yang terserang akan mengalami konsolidasi dan timbul gejala pneumonia akut. Pneumonia seluler ini dapat sembuh dengan sendirinya, sehingga tidak ada sisa yang tertinggal, atau proses dapat juga berjalan terus, dan bakteri terus difagosit atau berkembang-biak di dalam sel. Basil juga menyebar melalui getah bening menuju ke kelenjar getah bening regional. Makrofag yang mengadakan infiltrasi menjadi lebih panjang dan sebagian bersatu sehingga membentuk sel tuberkel epiteloid, yang dikelilingi oleh limfosit. Reaksi ini membutuhkan waktu 10 – 20 hari.
Nekrosis bagian sentral lesi memberikan gambaran yang relatif padat dan seperti keju, isi nekrosis ini disebut nekrosis kaseosa. Bagian ini disebut dengan lesi primer. Daerah yang mengalami nekrosis kaseosa dan jaringan granulasi di sekitarnya yang terdiri dari sel epiteloid dan fibroblast, menimbulkan respon yang berbeda. Jaringan granulasi menjadi lebih fibrosa membentuk jaringan parut yang akhirnya akan membentuk suatu kapsul yang mengelilingi tuberkel.
Lesi primer paru-paru dinamakan fokus Ghon dan gabungan terserangnya kelenjar getah bening regional dan lesi primer dinamakan kompleks Ghon. Respon lain yang dapat terjadi pada daerah nekrosis adalah pencairan, dimana bahan cair lepas kedalam bronkhus dan menimbulkan kavitas. Materi tuberkular yang dilepaskan dari dinding kavitas akan masuk kedalam percabangan trakheobronkial. Proses ini dapat terulang kembali di bagian lain di paru-paru, atau basil dapat terbawa sampai ke laring, telinga tengah, atau usus. Lesi primer menjadi rongga-rongga serta jaringan nekrotik yang sesudah mencair keluar bersama batuk. Bila lesi ini sampai menembus pleura maka akan terjadi efusi pleura tuberkulosa.
Kavitas yang kecil dapat menutup sekalipun tanpa pengobatan dan meninggalkan jaringan parut fibrosa. Bila peradangan mereda lumen bronkhus dapat menyempit dan tertutup oleh jaringan parut yang terdapat dekat perbatasan rongga bronkus. Bahan perkejuan dapat mengental sehingga tidak dapat mengalir melalui saluran penghubung sehingga kavitas penuh dengan bahan perkejuan, dan lesi mirip dengan lesi berkapsul yang tidak terlepas. Keadaan ini dapat menimbulkan gejala dalam waktu lama atau membentuk lagi hubungan dengan bronkus dan menjadi tempat peradangan aktif.
Penyakit dapat menyebar melalui getah bening atau pembuluh darah. Organisme yang lolos melalui kelenjar getah bening akan mencapai aliran darah dalam jumlah kecil, yang kadang-kadang dapat menimbulkan lesi pada berbagai organ lain. Jenis penyebaran ini dikenal sebagai penyebaran limfohematogen, yang biasanya sembuh sendiri. Penyebaran hematogen merupakan suatu fenomena akut yang biasanya menyebabkan tuberkulosis milier. Ini terjadi apabila fokus nekrotik merusak pembuluh darah sehingga banyak organisme masuk kedalam sistem vaskuler dan tersebar ke organ-organ tubuh.
Komplikasi yang dapat timbul akibat tuberkulosis terjadi pada sistem pernafasan dan di luar sistem pernafasan. Pada sistem pernafasan antara lain menimbulkan pneumothoraks, efusi pleural, dan gagal nafas, sedang diluar sistem pernafasan menimbulkan tuberkulosis usus, meningitis serosa, dan tuberkulosis milier.

2.5.      Manifestasi Klinik
Tanda dan gejala yang sering terjadi pada tuberkulosis adalah batuk yang tidak spesifik tetapi progresif. Biasanya tiga minggu atau lebih dan ada dahak. Selain tanda-tanda tersebut diatas, penyakit TBC biasanya tidak tampak adanya tanda dan gejala yang khas. Biasanya keluhan yang muncul adalah :
a.       Demam : terjadi lebih dari satu bulan, biasanya pada pagi hari.
b.      Batuk : terjadi karena adanya iritasi pada bronkus; batuk ini membuang / mengeluarkan produksi radang, dimulai dari batuk kering sampai batuk purulent ( menghasilkan sputum ).
c.       Sesak nafas : terjadi bila sudah lanjut dimana infiltrasi radang sampai setengah paru.
d.      Nyeri dada : ini jarang ditemukan, nyeri timbul bila infiltrasi radang sampai ke pleura sehingga menimbulkan pleuritis.
e.       Malaise : ditemukan berupa anoreksia, berat badan menurun, sakit kepala, nyeri otot dan keringat di waktu di malam hari.

2.6.      Klasifikasi
Penentuan klasifikasi penyakit dan tipe penderita penting dilakukan untuk menetapkan paduan Obat Anti Tuberkulosis (OAT) yang sesuai dan dilakukan sebelum pengobatan dimulai.

Klasifikasi penyakit :
A.    Tuberculosis Paru
Berdasarkan hasil pemeriksaan dahak, TBC Paru dibagi dalam
  1. Tuberkulosis Paru BTA (+)
§  Sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA (+)
§  1 spesimen dahak SPS hasilnya (+) dan foto rontgen dada menunjukan gambaran tuberculosis aktif.
  1. Tuberkulosis Paru BTA (-)
Pemeriksaan 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA (-) dan foto rontgen dada menunjukan gambaran tuberculosis aktif. TBC Paru BTA (-), rontgen (+) dibagi berdasarkan tingkat keparahan penyakitnya, yaitu bentuk berat dan ringan. Bentuk berat bila gambaran foto rontgan dada memperlihatkan gambaran kerusakan paru yang luas

B.     Tuberculosis Ekstra Paru
TBC ekstra-paru dibagi berdasarkan pada tingkat keparahan penyakitnya, yaitu :
  1. TBC ekstra-paru ringan
Misalnya : TBC kelenjar limfe, pleuritis eksudativa unilateral, tulang (kecuali tulang belakang), sendi, dan kelenjar adrenal.
  1. TBC ekstra-paru berat
Misalnya : meningitis, millier, perikarditis, peritonitis, pleuritis eksudativa duplex, TBC tulang belakang, TBC usus, TBC saluran kencing dan alat kelamin.

Tipe penderita
Berdasarkan riwayat pengobatan sebelumnya,ada beberapa tipe penderita yaitu :
a.       Kasus Baru
Adalah penderita yang belum pernah diobati dengan OAT atau sudah pernah menelan OAT kurang dari satu bulan (30 dosis harian).
b.      Kambuh (Relaps)
Adalah penderita tuberculosis yang sebelumnya pernah mendapat pengobatan tuberculosis dan telah dinyatakan sembuh, kemudian kembali lagi berobat denga hasil pemeriksaan dahak BTA
c.       Pindahan (Transfer In)
Adalah penderita yang sedang mendapat pengobatan di suatu kabupaten lain dan kemudian pindah berobat ke kabupaten ini. Penderita pindahhhan tersebut harus membawa surat rujukan/pindah (Form TB.09).


d.      Setelah Lalai (Pengobatan setelah default/drop out)
Adalah penderita yang sudah berobat paling kurang 1 bulan, dan berhenti 2 bulan atau lebih, kemudian dating kembali dengan hasil pemeriksaan dahak BTA (+).

2.7.      Pemeriksaan Penunjang
1)      Pemeriksaan Diagnostik.
2)      Pemeriksaan sputum
3)      Pemeriksaan sputum sangat penting karena dengan di ketemukannya kuman BTA diagnosis tuberculosis sudah dapat di pastikan. Pemeriksaan dahak dilakukan 3 kali yaitu: dahak sewaktu datang, dahak pagi dan dahak sewaktu kunjungan kedua. Bila didapatkan hasil dua kali positif maka dikatakan mikroskopik BTA positif. Bila satu positif, dua kali negatif maka pemeriksaan perlu diulang kembali. Pada pemeriksaan ulang akan didapatkan satu kali positif maka dikatakan mikroskopik BTA negatif. Untuk memastikan jenis kuman mengidentifikasi perlu dilakukan pemeriksaan biakan/kultur kuman dari dahak yang diambil (Depkes RI, 2002).
4)      Ziehl-Neelsen (pewarnaan terhadap sputum)
5)      Positif jika ditemukan bakteri tahan asam.
6)      Skin test (PPD, Mantoux)
7)      Hasil tes mantoux dibagi menjadi dalam;
8)      Indurasi 0-5 mm (diameternya) : mantoux negative
9)      Indurasi 6-9 mm : hasil meragukan
10)  Indurasi 10-15 mm : hasil mantoux positif
11)  Indurasi lebih dari 16 mm : hasil mantouk positif kuat
12)  Reaksi timbul 48 – 72 jam setelah injeksi antigen intra kutan,berupa indurasi kemerahan yang terdiri dari infiltrasi limfosit yakni persenyawaan antara antibody dan antigen tuberculin.
13)  Rontgen dada menunjukkan adanya infiltrasi lesi pada paru-paru bagian atas, timbunan kalsium dari lesi primer atau penumpukan cairan. Perubahan yang menunjukkan perkembangan tuberkulosis meliputi adanya kavitas dan area fibrosa.
14)  Pemeriksaan histologi/kultur jaringan
15)  Positif bila terdapat mikobakterium tuberkulosis.
16)  Biopsi jaringan paru
17)  Menampakkan adanya sel-sel yang besar yang mengindikasikan terjadinya nekrosis.
18)  Pemeriksaan elektrolit
Mungkin abnormal tergantung lokasi dan beratnya infeksi, misalnya hipernatremia yang disebabkan retensi air mungkin ditemukan pada penyakit tuberkulosis kronis.
19)  Analisa gas darah (BGA)
Mungkin abnormal tergantung lokasi, berat, dan adanya sisa kerusakan jaringan paru.
20)  Pemeriksaan fungsi paru
Turunnya kapasitas vital, meningkatnya ruang rugi, meningkatnya rasio residu udara pada kapasitas total paru, dan menurunnya saturasi oksigen sebagai akibat infiltrasi parenkim/fibrosa, hilangnya jaringan paru, dan kelainan pleura (akibat dari tuberkulosis kronis).

2.8.      Penatalaksanaan
Pencegahan Tuberculosis Paru
Pencegahan untuk pasien TBC antara lain : Minum obat secara teratur sampai selesai, Menutup mulut waktu bersin atau batuk, tidak meludah di sembarang tempat ( meludah di tempat yang terkena sinar matahari/ dalam wadah tertutup yang telah diisi dengan cairan sabun /lisol), jemur kasur bekas penderita secara teratur 1 minggu 1x, Buka jendela lebar-lebar agar udara segar dan sinar matahari dapat masuk, keluarga yang mempunyai gejala TB paru sebaiknya memeriksakan diri ke puskesmas
Pengobatan tuberculosis paru
Apabila pasien tidak berespon terhadap obat – obat tersebut, maka obat dan protokol pengobatan lain akan dicoba.


Obat Anti TBC (OAT)
Kategori pertama : jenis OAT 2HRZE/ 4H3R3. jenis obat ini dipakai untuk penderita baru BTA (+) dan penderita (-), rongent (+, dan yang sakit berat). Kategori kedua : jenis OAT HRZES/ HRZE/ 5H3R3E3. jenis obat ini dipakai untuk penderita kambuh BTA (+), penderita gagal BTA (+), lain lain BTA (+). Kategori ketiga : jenis OAT 2HRZ / 4H3R. jenis obat ini dipakai untuk Penderita BTA (-) Rontgen (+), Penderita ekstra paru ringan.

2.9.      Pemeriksaan Diagnostik
Brunner dan Suddart (2001) mengatakan bahwa pemeriksaan diagnostik untuk penderita TBC melalui : rongent dada, usap basil tahan asam BTA, kultur sputum dan te kulit tuberculin.

2.10.  Pengertian Asuhan Keperawatan Keluarga
Menurut Mubarak (2006) asuhan keperawatan keluarga merupakan proses yang kompleks dengan menggunakan pendekatan sistematik untuk bekerjasama dengan keluarga dan individu sebagai anggota keluarga.
Pengkajian Keluarga dengan TBC
Pengkajian yang harus dilakukan pada klien dengan TBC antara lain : riwayat kesehatan dan pemeriksaan fisikyang lengkap dilakukan. Manifestasi klinis seperti demam, anoreksia, penurunan berat badan, keringat malam, keletihan, batuk dan pembentukan sputum mengharuskan pengkajian fungsi pernafasan yang lebih menyeluruh. Setiap perubahan suhu tubuh atau frekuensi pernafasan, jumlah dan warna sekresi, frekuensi dan batuk parah, dan nyeri dada dikaji. Paru-paru dikaji terhadap konsolidasi dengan mengevaluasi bunyi nafas, fremitus, egofoni, dan hasil pemeriksaan perkusi. Pasien juga bisa mengalami pembesaran nodus limfe, yang terasa sangat nyeri.kesiapan emosional pasien untuk belajar, juga persepsi dan pengertiannya tentang tuberculosis dan pengobatannya juga dikaji.



Diagnosa Keperawatan Keluarga dengan TBC
Berdasarkan pada data pengkajian, diagnosa keperawatan dapat mencakup :
1.      Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga dalam merawat anggota keluarga dengan TBC.
2.      Ketidakmampuan regimen pengobatan berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga dalam merawat anggota keluarga dengan TBC.
3.      Malnutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga dalam merawat anggota keluarga yang mengalami nutrisi kurang.
Prinsip Intervensi Keperawatan Keluarga dengan TBC
Langkah-langkah dalam pengembangan rencana keperawatan keluarga menurut Mubarak (2006), yaitu :
1.      Bantu keluarga mengenal tentang TBC dengan cara : jelaskan pengertian TBC, jelaskan penyebab TBC, jelaskan tanda dan gejala TBC.
2.      Bantu keluarga mengambil keputusan untuk merawat anggota keluarga dengan TBC, dengan cara : jelaskan komplikasi dari TBC, motivasi keluarga dalam mengambil keputusan untuk merawat anggota keluarga dengan TBC.
3.      Bantu keluarga agar mampu merawat anggota keluarga dengan TBC, dengan cara : jelaskan cara mencegah TBC, jelaskan cara perawatan anggota keluarga di rumah dengan TBC, ajarkan cara membuang sputum dengan sputum pot, ajarkan klien tentang diet tinggi kalori dan tinggi protein (TKTP).
4.      Bantu keluarga memodifikasi lingkungan dengan cara : ajarkan klien untuk jemur kasur bekas penderita secara teratur 1 minggu 1x, Buka jendela lebar-lebar agar udara segar dan sinar matahari dapat masuk, ajarkan klien tentang perilaku hidup bersih dan sehat.
5.      Bantu klien untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan dengan cara : jelaskan manfaat dari pelayanan kesehatan, motivasi keluarga untuk memanfaatkan pelayanan kesehatan terdekat.


Evaluasi Keperawatan Keluarga dengan TBC
Evaluasi yang diharapkan dari tindakan keperawatan terhadap keluarga yaitu: keluarga dapat mengenal tentang TBC (mampu menyebutkan pengertian, penyebab, tanda dan gejala), keluarga dapat mengambil keputusan untuk merawat anggota keluarga dengan TBC ( klien mampu menjelaskan komplikasi dari TBC, keluarga mampu mengambil keputusan untuk merawat anggota keluarga dengan TBC), keluarga mampu merawat anggota keluarga dengan TBC (klien membuang sputum dalam sputum pot yang diberi desinfektan, klien minum obat secara teratur), keluarga mampu memodifikasi lingkungan yang sehat (keluarga menjelaskan lingkungan yang sehat, keluarga mampu memodifikasi lingkungan yang sehat), keluarga mampu melaksanakan pelayanan kesehatan terdekat.
Kasus
Ditemukan data diwilayah X sebagai berikut : Terdapat sebuah keluarga dengan kepala keluarga Tn.S ( 50Th ) dan istrinya Ny.M (45Th ) yang tinggal dirumah dengan ukuran 6x3 meter dengan kondisi rumah sempit, lembab, pencahayaan remang-remang, jendela tidak terbuka, ventilasi kurang. Mereka memiliki 3 orang anak yaitu : An.A ( 16Th ), An.B ( 12Th ), An.C ( 8Th ). Tn.S bekerja sebagai kuli bangunan dengan penghasilan < 500.000/ bulan. Ny.M membantu suaminya dengan bekerja sebagai pembantu rumah tangga < 300.000/ bulan, sehingga Ny.M jarang mengontrol suaminya untuk minum obat yang sudah 1Th menderita TB paru. Tn.S memiliki kebiasaan merokok, ketika ditanya Tn.S mengatakan biasa membuang ludah di sembarang tempat. Tn.S sering mengeluh batuk, pernah batuk sampai mengeluarkan darah, nafsu makan menurun bahkan BB juga turun. Karena sibuk bekerja Tn.S dan Ny.M jarang pergi ke puskesmas untuk memeriksakan penyakitnya. Anak Tn. S yaitu An.C juga mengeluh batuk sudah berlangsung selama 2 minggu, suhu badannya panas, pusing dan terlihat kurus. Ny.M berencana pergi kepuskesmas untuk memeriksakan penyakit An.C tetapi menunggu libur kerjanya.




Analisa Data
Data
Masalah
Etiologi
·         Tn.S menderita TB paru sejak 1Th yang lalu.
·         Tn.S memiliki kebiasaan meludah di sembarang tempat.
·         Ny.M istri Tn.S kurang mengetahui cara penularan dan pencegahan TB paru.
·         An.C Anak dari Tn.S juga mengeluh batuk selama 1minggu, demam, pusing dan terlihat kurus.
·         Rumah Tn.S sempit, lembab, pencahayaan remang-remang, jendela tidak dibuka.
Resiko penularan / penyebaran penyakit
Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarganya yang sakit
·         Ny.M jarang mengontrol suaminya untuk minum obat.
·         Ny.M kurang mengetahui tentang cara pencegahan dan penularan penyakit Tb paru.
·         Tn.S jarang pergi kepuskesmas untuk memeriksakan penyakitnya.
Kurangnya pengetahuan keluarga tentang penyakit TB paru
Ketidak mampuan keluarga mengenal masalah kesehatan
·         Tn.S mengeluh sesak, dan batuk pada malam hari serta mengeluarkan darah.
Gangguan pola nafas
Ketidak mampuan kelurga mengenal masalah kesehatan

Diagnosa Keperawatan
a.       Resiko penularan / penyebaran penyakit berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarganya yang sakit.
b.      Kurangnya pengetahuan keluarga tentang penyakit TB paru berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan
c.       Gangguan pola nafas berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan
Prioritas Masalah
Resiko penularan atau penyebaran penyakit berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarganya yang sakit.
No
Kriteria
Perhitungan
Nilai
Pembenaran
1.


2.



3.





4.
Sifat masalah :
Ancaman kesehatan

Kemungkinan masalah dapat diubah : mudah


Potensial masalah untuk dicegah : Tinggi




Menonjolkan masalah : masalah berat harus di tangani.
2/3 x 1


2/2 x 2



3/3 x 1





2/2 x 1
2/3


2



1





1
-          Tn.S memiliki kebiasaan meludah disembarang tempat
-          An.C akhir-akhir ini juga batuk selama 1 minggu


-          Tn.S memiliki An.C yang usianya sudah 8th sehinggah bisa mempermudah untuk memberikan penyuluhan HE kepada keluarga Tn.S.

-          An.C sudah menderita batuk dalam 1 minggu terakhir.

-          An.C sudah menderita batuk dalam 1 minggu terakhir.

Score
4 2/3

Kurangnya pengetahuan keluarga berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan.
No
Kriteria
Perhitungan
Nilai
Pembenaran
1.


2.



3.



4.
Sifat masalah :
Ancaman kesehatan

Kemungkinan masalah dapat diubah : mudah


Potensial masalah untuk dicegah : Tinggi


Menonjolkan masalah : masalah berat harus di tangani.
2/3 x 1


2/2 x 2



2/3 x 1



0/2 x 1
2/3


2



2/3



0


-          Ny.M tidak mengetahui cara penularan dan pencegahan penyakit.
-          Ny.M yang bekerja sebagai pembantu rumah tangga mau tahu cara penularan dan pencegahan penyakit
-          Masalah dapat cukup mudah di cegah, karena Ny.M berusaha untuk tahu tentang penularan dan pencegahan.
-          Ny.M t Idak menyadari ketidak tahuannya terhadap penyakit Tn.S.


Score
2 4/3

Gangguan pola nafas berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan.
No
Kriteria
Perhitungan
Nilai
Pembenaran
1.


2.





3.



4.
Sifat masalah :
Tidak tau kurang sehat

Kemungkinan masalah dapat diubah : sebagian




Potensial masalah untuk dicegah : Tinggi


Menonjolkan masalah : masalah berat harus di tangani.
3/3 x 1


1/2 x 2





1/3 x 1



2/2 x 1
1


1





1/3



1
-          Tn.S sesak, dan sering batuk pada malam hari yang disertai batuk darah.
-          Sesak Tn.S dapat diobati dengan pemberian O2 dan Tn.S dapat mengikuti program pengobatan gratis dari pemerintah selama 6 bulan.
-          Pada Px TB yang sudah batuk darah kemungkinan untuk dicegah tidak bisa kecuali dengan pengobatan.
-          Tn.S sudah sampai tahap kronis dan butuh penanganan yang tepat agar penyakit tidak lebih parah.

Score
3 1/3


BAB III
PENUTUP

3.1    Kesimpulan
TBC adalah penyakit yang sangat berbahaya dan menular karena jika tidak mendapatkan penanganan yang baik akan mengakibatkan kematian oleh karena itu dalam kasusu ini keluarga memiliki peranan yang sangat penting karena keluarga adalah sasaran yang paling rentah tertular karena jika ada salah seorang keluarganya yang terkena penyakit ini, maka anggota keluarga yang lain memiliki potensi untuk tertular penyakit ini kontak langsung dengan penderita sudah tidak dapat dihindari dalam keluarga satu-satunya cara untuk menghindari adalah membatasi kontak langsung dengan penderita.

3.2    Saran
Dengan adanya makalah ini pembaca diharapkan mengerti dan paham bagaimana cara memberikan asuhan keperawatan keluarga pada klien TBC dan mengaplikasikan teori keperawatan yang telah ada.
  
DAFTAR PUSTAKA

http://Keluarga Tbc/Apakah Tuberkulosis Itu   « Children Tuberculosis Clinic.Htm

http://Keluarga Tbc/47-Apakah-Tuberkulosis-Itu.Html

Ferry Efendi, Makhfudli, 2009. Keperawatan Keseehatan Komunitas. Salemba Medika; Jakarta



No comments: