BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
TUBERKULOSIS
atau TBC merupakan penyakit infeksi kuman Myobacterium tuberculosis yang bisa
menyerang berbagai organ tubuh kita dimana paru-paru merupakan organ yang
paling rawan terhadap infeksi penyakit ini.
TBC
merupkan penyebab kematian no. 2 di
Indonesia. Sekitar 1,9 milyar manusia atau sepertiga penduduk dunia telah
terinfeksi kuman ini sehingga Badan Kesehatan Dunia (WHO) mencanangkan TBC
sebagai masalah gawat darurat yang perlu segera ditangani.
TBC
bisa menular lewat percikan dahak penderita TBC paru yang mengandung kuman,
yang dikeluarkan saat mereka batuk, bersin, bersiul atau menyanyi. Namun tidak
semua orang yang menghisap kuman TBC akan menjadi sakit. Faktor daya tahan
tubuh sangat berpengaruh terhadap penyakit ini.
Cara
ampuh mencegah penularannya adalah Hindari kontak dengan penderita, namun hal
ini tidak mudah untuk dilakukan karena kita seringkali tidak dapat membedakan
apakah seseorang itu menderita TBC atau tidak.
Pengobatan
total untuk penderita TBC akan membantu meredakan penularan penyakit ini, tapi
seringkali penderita tidak patuh menjalani pengobatan
Jadi
dalam hal ini tidak bisa kita pungkiri lagi bahwa keluarga merupakan sasaran
utama yang peling berperan dalam pencegahan pada penularan penyakit ini.
1.2
Rumusan Masalah
1.
Apa definisi keluarga itu ?
2.
Bagaimana
peran dan struktur keluarga?
3.
Apa saja fungsi keluarga ?
4.
Apa saja tugas keluarga di bidang
kesehatan ?
5.
Apa definisi tuberculosis itu?
6.
Bagaimana etiologi dari tuberculosis ?
7.
Bagaimana patofisiologis pada
tuberculosis?
8.
Bagaimana manifestasi klinik dari
tuberculosis?
9.
Bagaimana klasifikasi pada tuberculosis?
10.
Apa
saja pemeriksaan penunjang pada pasien tuberculosis?
11.
Bagaimana
penatalaksanaan pada pasien tuberculosis ?
12.
Bagaimana
asuhan kepewawatan keluarga pada pasien tuberculosis ?
1.3
Tujuan
1.
Untuk mengetahui definisi keluarga
2.
Untuk mengetahui peran dan struktur keluarga
3.
Untuk mengetahui fungsi keluarga
4.
Untuk mengetahui tugas keluarga di
bidang kesehatan
5.
Untuk mengetahui definisi tuberculosis
6.
Untuk mengetahui etiologi dari
tuberculosis
7.
Untuk mengetahui patofisiologis pada
tuberculosis
8.
Untuk mengetahui manifestasi klinik dari
tuberculosis
9.
Untuk mengetahui klasifikasi pada
tuberculosis
10. Untuk
mengetahui pemeriksaan penunjang pada
pasien tuberculosis
11.
Untuk
mengetahui penatalaksanaan pada pasien tuberculosis
12.
Untuk
mengetahui asuhan kepewawatan keluarga pada pasien tuberculosis
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Konsep Dasar Keperawatan Kelurga
2.1.1
Pengertian
Keluarga
adalah suatu kelompok terdiri dari dua individu atau lebih yang memiliki
hubungan darah maupun tidak dan membentuk keluarga yang memiliki fungsinya
masing-masing. Friedman (2003).
Keluarga adalah suatu ikatan / persekutuan hidup atas
dasar perkawinan antara orang dewasa yang berlainan jenis yang hidup bersama
atau seorang laki-laki atau seorang perempuan yang sudah sendirian dengan atau
tanpa anak, baik anaknya sendiri atau adopsi, dan tinggal dalam sebuah rumah
tangga. (Sayekti 1994).
2.1.2
Peran Dan Struktur Keluarga
a. Pola komunikasi
Bila dalam keluarga komunikasi yang terjadi secara terbuka dan dua arah
akan sangat mendukung bagi penderita TBC. Saling mengingatkan dan
memotivasi penderita untuk terus melakukan pengobatan dapat mempercepat proses
penyembuhan.
b. Struktur peran keluarga
Bila anggota keluarga dapat menerima dan melaksanakan perannya dengan baik
akan membuat anggota keluarga puas dan menghindari terjadinya konflik dalam
keluarga dan masyarakat.
c. Struktur kekuatan keluarga
Kemampuan anggota keluarga untuk mempengaruhi dan mengendalikan orang lain
untuk mengubah perilaku keluarga yang mendukung kesehatan. Penyelesaian masalah
dan pengambilan keputusan secara musyawarah akan dapat menciptakan suasana
kekeluargaan. Akan timbul perasaan dihargai dalam keluarga.
d. Nilai atau norma keluarga
Perilaku individu masing-masing anggota keluarga yang ditampakan merupakan
gambaran dari nilai dan norma yang berlaku dalam keluarga.(Suprajitno, 2004:
7).
2.1.3
Fungsi Keluarga (Friedman, 1998)
a. Fungsi Afektif
Keluarga yang saling menyayangi dan peduli terhadap anggota keluarga yang
sakit TBC akan mempercepat proses penyembuhan. Karena adanya partisipasi dari
anggota keluarga dalam merawat anggota keluarga yang sakit.
b. Fungsi Sosialisasi dan Tempat
Bersosialisasi
Fungsi keluarga mengembangkan dan melatih untuk berkehidupan sosial sebelum
meninggalkan rumah untuk berhubungan dengan orang lain. Tidak ada batasan dalam
bersosialisasi bagi penderita dengan lingkungan akan mempengaruhi kesembuhan
penderita asalkan penderita tetap memperhatikan kondisinya .Sosialisasi sangat
diperlukan karena dapat mengurangi stress bagi penderita.
c. Fungsi Reproduksi
Keluarga berfungsi untuk mempertahankan generasi dan menjaga kelangsungan
keluarga.Dan juga tempat mengembangkan fungsi reproduksi secara universal,
diantaranya : seks yang sehat dan berkualitas, pendidikan seks pada anak sangat
penting.
d. Fungsi Ekonomi
Keluarga berfungsi untuk memenuhi kebutuhan keluarga, seperti kebutuhan
makan, pakaian dan tempat untuk berlindung (rumah).Dan tempat untuk
mengembangkan kemampuan individu meningkatkan penghasilan untuk memenuhi
kebutuhan keluarga.
e. Fungsi Perawatan / Pemeliharaan
Kesehatan
Berfungsi untuk mempertahankan keadaan kesehatan anggota keluarga agar
tetap memiliki produktivitas tinggi. Fungsi ini dikembangkan menjadi tugas
keluarga di bidang kesehatan.
2.1.4
Tugas Keluarga Di Bidang Kesehatan
Dikaitkan dengan kemampuan keluarga dalam melaksanakan
5 tugas keluarga di bidang kesehatan yaitu :
a. Mengenal masalah kesehatan
keluarga
Kesehatan merupakan kebutuhan keluarga yang tidak boleh diabaikan karena
tanpa kesehatan segala sesuatu tidak akan berarti dan karena kesehatanlah
kadang seluruh kekuatan sumber daya dan dana keluarga habis.Ketidaksanggupan
keluarga dalam mengenal masalah kesehatan pada keluarga salah satunya
disebabkan oleh kurangnya pengetahuan . Kurangnya pengetahuan keluarga tentang
pengertian, tanda dan gejala, perawatan dan pencegahan TBC.
b. Memutuskan tindakan kesehatan
yang tepat bagi keluarga
Tugas ini merupakan upaya keluarga yang utama untuk mencari pertolongan
yang tepat sesuai dengan keadaan keluarga,dengan pertimbangkan siapa diantara
keluarga yang mempunyai kemampuan memutuskan menentukan
tindakan.keluarga.Tindakan kesehatan yang dilakukan oleh keluarga diharapkan
tepat agar masalah kesehatan dapat dikurangi bahkan teratasi.Ketidaksanggupan
keluarga mengambil keputusan dalam melakukan tindakan yang tepat,disebabkan
karena keluarga tidak memahami mengenai sifat, berat dan luasnya masalah serta
tidak merasakan menonjolnya masalah.
c. Merawat keluarga yang mengalami
gangguan kesehatan.
Keluarga dapat mengambil tindakan yang tepat dan benar, tetapi keluarga
memiliki keterbatasan.Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang
sakit dikarenakan tidak mengetahui cara perawatan pada penyakitnya.Jika
demikian ,anggota keluarga yang mengalami gangguan kesehatanperlu memperoleh
tindakan lanjutan atau perawatan dapat dilakukan di institusi pelayanan
kesehatan.
d. Memodifikasi lingkungan keluarga
untuk menjamin kesehatan keluarga
Pemeliharaan lingkungan yang baik akan meningkatkan kesehatan keluarga dan
membantu penyembuhan. Ketidakmampuan keluarga dalam memodifikasi lingkungan
bisa di sebabkan karena terbatasnya sumber-sumber keluarga diantaranya
keuangan, kondisi fisik rumah yang tidak memenuhi syarat.
e. Memanfaatkan fasilitas pelayanan
kesehatan di sekitarnya bagi keluarga
Kemampuan keluarga dalam memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan akan
membantu anggota keluarga yang sakit memperoleh pertolongan dan mendapat
perawatan segera agar masalah teratasi.
2.2. Definisi
Tuberkulosis paru adalah penyakit infeksi menahun
menular yang disebabkan oleh kuman TB (Mycobacterium Tuberculosis). Kuman
tersebut biasanya masuk ke dalam tubuh manusia melalui udara (pernapasan) ke
dalam paru-paru, kemudian menyebar dari paru-paru ke organ tubuh yang lain
melalui peredaran darah, yaitu : kelenjar limfe, saluran pernafasan atau
penyebaran langsung ke organ tubuh lain (Depkes RI, 2002).
Tuberkulos adalah penyakit infeksius, yang terutama
menyerang parenkim paru. Tuberculosis dapat juga ditularkan ke bagian tubuh
lainnya termasuk meningen, ginjal, tulang dan nodus limfe (Smeltzer 2001).
2.3. Etiologi
Penyebab tuberculosis adalah Mycobacterium
Tuberkulosis. Kuman Mycobacterium Tuberkulosis adalah kuman berbentuk batang
aerobik tahan asam yang tumbuh dengan lambat dan sensitive terhadap panas dan
sinar ultraviolet (Smelzer, 2001: 5584).
Sebagian besar kuman terdiri atas asam lemak (lipid).
Lipid inilah yang membuat kuman lebih tahan terhadap asam dan lebih tahan
terhadap gangguan kimia dan fisik. Kuman dapat tahan hidup pada udara kering
maupun dalam keadaan dingin (dapat tahan bertahun-tahun dalam lemari es). Hal
ini terjadi karena kuman berada dalam sifat dormant.Dari sifat dormant ini
kuman dapat bangkit kembali dan menjadikan tuberculosis aktif lagi (Bahar,
1999: 715).
Sifat lain kuman ini adalah kuman aerob, sifat ini
menunjukkan bahwa kuman lebih menyenani jaringan yang lebih tinggi kandungan
oksigennya.Dalam hal ini tekanan oksigen pada bagian apikal paru-paru lebih
tinggi daripada bagian lain, sehingga bagian apikal inimerupakan tempat
prediksi penyakit tuberculosis.
Kuman TBC menyebar melalui udara (batuk,tertawa dan
bersin) dan melepaskan droplet. Sinar matahari langsung dapat mematikan kuman,
akan tetapi kuman dapat hidup beberapa jam dalam suhu kamar (Dep Kes RI 2002).
2.4. Patofisiologi
Tempat masuk kuman M. Tuberculosis adalah saluran
pernafasan, saluran pencernaan dan luka terbuka pada kulit. Kebanyakan infeksi
tuberkulosis (TBC) terjadi melalui udara, yaitu melalui inhalasi droplet yang
mengandung kuman-kuman basil tuberkel yang berasal dari orang yang terinfeksi.
Tuberkulosis adalah penyakit yang dikendalikan oleh
respon imunitas dengan melakukan reaksi inflamasi Bakteri dipindahkan melalui
jalan nafas ,basil tuberkel yang mencapai permukaan alveolus biasanya
diinhalasi sebagai suatu unit yang terdiri dari satu sampai tiga basil;
gumpalan yang lebih besar cenderung tertahan di saluran hidung dan cabang besar
bronkhus dan tidak menyebabkan penyakit. Setelah berada dalam ruang alveolus,
basil tuberkel ini membangkitkan reaksi peradangan. Leukosit polimorfonuklear
tampak pada tempat tersebut dan memfagosit bakteri namun tidak membunuh
organisme tersebut. Setelah hari-hari pertama leukosit diganti oleh makrofag.
Alveoli yang terserang akan mengalami konsolidasi dan timbul gejala pneumonia
akut. Pneumonia seluler ini dapat sembuh dengan sendirinya, sehingga tidak ada
sisa yang tertinggal, atau proses dapat juga berjalan terus, dan bakteri terus
difagosit atau berkembang-biak di dalam sel. Basil juga menyebar melalui getah
bening menuju ke kelenjar getah bening regional. Makrofag yang mengadakan
infiltrasi menjadi lebih panjang dan sebagian bersatu sehingga membentuk sel
tuberkel epiteloid, yang dikelilingi oleh limfosit. Reaksi ini membutuhkan
waktu 10 – 20 hari.
Nekrosis bagian sentral lesi memberikan gambaran yang
relatif padat dan seperti keju, isi nekrosis ini disebut nekrosis kaseosa.
Bagian ini disebut dengan lesi primer. Daerah yang mengalami nekrosis kaseosa
dan jaringan granulasi di sekitarnya yang terdiri dari sel epiteloid dan
fibroblast, menimbulkan respon yang berbeda. Jaringan granulasi menjadi lebih
fibrosa membentuk jaringan parut yang akhirnya akan membentuk suatu kapsul yang
mengelilingi tuberkel.
Lesi primer paru-paru dinamakan fokus Ghon dan
gabungan terserangnya kelenjar getah bening regional dan lesi primer dinamakan
kompleks Ghon. Respon lain yang dapat terjadi pada daerah nekrosis adalah
pencairan, dimana bahan cair lepas kedalam bronkhus dan menimbulkan kavitas.
Materi tuberkular yang dilepaskan dari dinding kavitas akan masuk kedalam
percabangan trakheobronkial. Proses ini dapat terulang kembali di bagian lain
di paru-paru, atau basil dapat terbawa sampai ke laring, telinga tengah, atau usus.
Lesi primer menjadi rongga-rongga serta jaringan nekrotik yang sesudah mencair
keluar bersama batuk. Bila lesi ini sampai menembus pleura maka akan terjadi
efusi pleura tuberkulosa.
Kavitas yang kecil dapat menutup sekalipun tanpa
pengobatan dan meninggalkan jaringan parut fibrosa. Bila peradangan mereda
lumen bronkhus dapat menyempit dan tertutup oleh jaringan parut yang terdapat
dekat perbatasan rongga bronkus. Bahan perkejuan dapat mengental sehingga tidak
dapat mengalir melalui saluran penghubung sehingga kavitas penuh dengan bahan
perkejuan, dan lesi mirip dengan lesi berkapsul yang tidak terlepas. Keadaan
ini dapat menimbulkan gejala dalam waktu lama atau membentuk lagi hubungan
dengan bronkus dan menjadi tempat peradangan aktif.
Penyakit dapat menyebar melalui getah bening atau
pembuluh darah. Organisme yang lolos melalui kelenjar getah bening akan
mencapai aliran darah dalam jumlah kecil, yang kadang-kadang dapat menimbulkan
lesi pada berbagai organ lain. Jenis penyebaran ini dikenal sebagai penyebaran
limfohematogen, yang biasanya sembuh sendiri. Penyebaran hematogen merupakan
suatu fenomena akut yang biasanya menyebabkan tuberkulosis milier. Ini terjadi
apabila fokus nekrotik merusak pembuluh darah sehingga banyak organisme masuk
kedalam sistem vaskuler dan tersebar ke organ-organ tubuh.
Komplikasi yang dapat timbul akibat tuberkulosis
terjadi pada sistem pernafasan dan di luar sistem pernafasan. Pada sistem
pernafasan antara lain menimbulkan pneumothoraks, efusi pleural, dan gagal
nafas, sedang diluar sistem pernafasan menimbulkan tuberkulosis usus,
meningitis serosa, dan tuberkulosis milier.
2.5. Manifestasi Klinik
Tanda dan gejala yang sering terjadi pada tuberkulosis
adalah batuk yang tidak spesifik tetapi progresif. Biasanya tiga minggu atau
lebih dan ada dahak. Selain tanda-tanda tersebut diatas, penyakit TBC biasanya
tidak tampak adanya tanda dan gejala yang khas. Biasanya keluhan yang muncul
adalah :
a. Demam : terjadi lebih dari satu
bulan, biasanya pada pagi hari.
b. Batuk : terjadi karena adanya iritasi
pada bronkus; batuk ini membuang / mengeluarkan produksi radang, dimulai dari
batuk kering sampai batuk purulent ( menghasilkan sputum ).
c. Sesak nafas : terjadi bila sudah
lanjut dimana infiltrasi radang sampai setengah paru.
d. Nyeri dada : ini jarang
ditemukan, nyeri timbul bila infiltrasi radang sampai ke pleura sehingga
menimbulkan pleuritis.
e. Malaise : ditemukan berupa
anoreksia, berat badan menurun, sakit kepala, nyeri otot dan keringat di waktu
di malam hari.
2.6. Klasifikasi
Penentuan klasifikasi penyakit dan tipe penderita
penting dilakukan untuk menetapkan paduan Obat Anti Tuberkulosis (OAT) yang
sesuai dan dilakukan sebelum pengobatan dimulai.
Klasifikasi penyakit :
A. Tuberculosis Paru
Berdasarkan hasil pemeriksaan
dahak, TBC Paru dibagi dalam
- Tuberkulosis Paru BTA (+)
§ Sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA (+)
§ 1 spesimen dahak SPS hasilnya (+) dan foto rontgen
dada menunjukan gambaran tuberculosis aktif.
- Tuberkulosis Paru BTA (-)
Pemeriksaan 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA (-) dan
foto rontgen dada menunjukan gambaran tuberculosis aktif. TBC Paru BTA (-),
rontgen (+) dibagi berdasarkan tingkat keparahan penyakitnya, yaitu bentuk
berat dan ringan. Bentuk berat bila gambaran foto rontgan dada memperlihatkan
gambaran kerusakan paru yang luas
B. Tuberculosis Ekstra Paru
TBC ekstra-paru dibagi berdasarkan pada tingkat
keparahan penyakitnya, yaitu :
- TBC ekstra-paru ringan
Misalnya : TBC kelenjar limfe, pleuritis eksudativa
unilateral, tulang (kecuali tulang belakang), sendi, dan kelenjar adrenal.
- TBC ekstra-paru berat
Misalnya : meningitis, millier, perikarditis,
peritonitis, pleuritis eksudativa duplex, TBC tulang belakang, TBC usus, TBC
saluran kencing dan alat kelamin.
Tipe penderita
Berdasarkan
riwayat pengobatan sebelumnya,ada beberapa tipe penderita yaitu :
a. Kasus Baru
Adalah penderita yang belum pernah diobati dengan OAT
atau sudah pernah menelan OAT kurang dari satu bulan (30 dosis harian).
b. Kambuh (Relaps)
Adalah penderita tuberculosis yang sebelumnya pernah
mendapat pengobatan tuberculosis dan telah dinyatakan sembuh, kemudian kembali
lagi berobat denga hasil pemeriksaan dahak BTA
c. Pindahan (Transfer In)
Adalah penderita yang sedang mendapat pengobatan di
suatu kabupaten lain dan kemudian pindah berobat ke kabupaten ini. Penderita
pindahhhan tersebut harus membawa surat rujukan/pindah (Form TB.09).
d. Setelah Lalai (Pengobatan setelah
default/drop out)
Adalah penderita yang sudah
berobat paling kurang 1 bulan, dan berhenti 2 bulan atau lebih, kemudian dating
kembali dengan hasil pemeriksaan dahak BTA (+).
2.7. Pemeriksaan Penunjang
1) Pemeriksaan Diagnostik.
2) Pemeriksaan sputum
3) Pemeriksaan sputum sangat penting
karena dengan di ketemukannya kuman BTA diagnosis tuberculosis sudah dapat di
pastikan. Pemeriksaan dahak dilakukan 3 kali yaitu: dahak sewaktu datang, dahak
pagi dan dahak sewaktu kunjungan kedua. Bila didapatkan hasil dua kali positif
maka dikatakan mikroskopik BTA positif. Bila satu positif, dua kali negatif
maka pemeriksaan perlu diulang kembali. Pada pemeriksaan ulang akan didapatkan
satu kali positif maka dikatakan mikroskopik BTA negatif. Untuk memastikan
jenis kuman mengidentifikasi perlu dilakukan pemeriksaan biakan/kultur kuman
dari dahak yang diambil (Depkes RI, 2002).
4) Ziehl-Neelsen (pewarnaan terhadap
sputum)
5) Positif jika ditemukan bakteri
tahan asam.
6) Skin test (PPD, Mantoux)
7) Hasil tes mantoux dibagi menjadi
dalam;
8) Indurasi 0-5 mm (diameternya) :
mantoux negative
9) Indurasi 6-9 mm : hasil meragukan
10) Indurasi 10-15 mm : hasil mantoux
positif
11) Indurasi lebih dari 16 mm : hasil
mantouk positif kuat
12) Reaksi timbul 48 – 72 jam setelah
injeksi antigen intra kutan,berupa indurasi kemerahan yang terdiri dari
infiltrasi limfosit yakni persenyawaan antara antibody dan antigen tuberculin.
13) Rontgen dada menunjukkan adanya
infiltrasi lesi pada paru-paru bagian atas, timbunan kalsium dari lesi primer
atau penumpukan cairan. Perubahan yang menunjukkan perkembangan tuberkulosis
meliputi adanya kavitas dan area fibrosa.
14) Pemeriksaan histologi/kultur
jaringan
15) Positif bila terdapat
mikobakterium tuberkulosis.
16) Biopsi jaringan paru
17) Menampakkan adanya sel-sel yang
besar yang mengindikasikan terjadinya nekrosis.
18) Pemeriksaan elektrolit
Mungkin abnormal tergantung
lokasi dan beratnya infeksi, misalnya hipernatremia yang disebabkan retensi air
mungkin ditemukan pada penyakit tuberkulosis kronis.
19) Analisa gas darah (BGA)
Mungkin abnormal tergantung
lokasi, berat, dan adanya sisa kerusakan jaringan paru.
20) Pemeriksaan fungsi paru
Turunnya kapasitas vital,
meningkatnya ruang rugi, meningkatnya rasio residu udara pada kapasitas total
paru, dan menurunnya saturasi oksigen sebagai akibat infiltrasi
parenkim/fibrosa, hilangnya jaringan paru, dan kelainan pleura (akibat dari
tuberkulosis kronis).
2.8. Penatalaksanaan
Pencegahan Tuberculosis Paru
Pencegahan
untuk pasien TBC antara lain : Minum obat secara teratur sampai selesai,
Menutup mulut waktu bersin atau batuk, tidak meludah di sembarang tempat (
meludah di tempat yang terkena sinar matahari/ dalam wadah tertutup yang telah
diisi dengan cairan sabun /lisol), jemur kasur bekas penderita secara teratur 1
minggu 1x, Buka jendela lebar-lebar agar udara segar dan sinar matahari dapat
masuk, keluarga yang mempunyai gejala TB paru sebaiknya memeriksakan diri ke
puskesmas
Pengobatan tuberculosis paru
Apabila
pasien tidak berespon terhadap obat – obat tersebut, maka obat dan protokol
pengobatan lain akan dicoba.
Obat Anti TBC (OAT)
Kategori
pertama : jenis OAT 2HRZE/ 4H3R3. jenis obat ini dipakai untuk penderita baru
BTA (+) dan penderita (-), rongent (+, dan yang sakit berat). Kategori kedua :
jenis OAT HRZES/ HRZE/ 5H3R3E3. jenis obat ini dipakai untuk penderita kambuh
BTA (+), penderita gagal BTA (+), lain lain BTA (+). Kategori ketiga : jenis OAT 2HRZ / 4H3R. jenis obat ini
dipakai untuk Penderita BTA (-) Rontgen (+), Penderita ekstra paru ringan.
2.9. Pemeriksaan Diagnostik
Brunner
dan Suddart (2001) mengatakan bahwa pemeriksaan diagnostik untuk penderita TBC
melalui : rongent dada, usap basil tahan asam BTA, kultur sputum dan te kulit
tuberculin.
2.10. Pengertian Asuhan Keperawatan Keluarga
Menurut Mubarak
(2006) asuhan keperawatan keluarga merupakan proses yang kompleks dengan
menggunakan pendekatan sistematik untuk bekerjasama dengan keluarga dan
individu sebagai anggota keluarga.
Pengkajian Keluarga dengan TBC
Pengkajian yang
harus dilakukan pada klien dengan TBC antara lain : riwayat kesehatan dan
pemeriksaan fisikyang lengkap dilakukan. Manifestasi klinis seperti demam,
anoreksia, penurunan berat badan, keringat malam, keletihan, batuk dan
pembentukan sputum mengharuskan pengkajian fungsi pernafasan yang lebih
menyeluruh. Setiap perubahan suhu tubuh atau frekuensi pernafasan, jumlah dan
warna sekresi, frekuensi dan batuk parah, dan nyeri dada dikaji. Paru-paru
dikaji terhadap konsolidasi dengan mengevaluasi bunyi nafas, fremitus, egofoni,
dan hasil pemeriksaan perkusi. Pasien juga bisa mengalami pembesaran nodus
limfe, yang terasa sangat nyeri.kesiapan emosional pasien untuk belajar, juga
persepsi dan pengertiannya tentang tuberculosis dan pengobatannya juga dikaji.
Diagnosa Keperawatan Keluarga
dengan TBC
Berdasarkan pada data pengkajian, diagnosa
keperawatan dapat mencakup :
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif
berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga dalam merawat anggota keluarga
dengan TBC.
2. Ketidakmampuan regimen pengobatan berhubungan
dengan ketidakmampuan keluarga dalam merawat anggota keluarga dengan TBC.
3. Malnutrisi berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga dalam merawat anggota keluarga yang mengalami nutrisi
kurang.
Prinsip Intervensi Keperawatan
Keluarga dengan TBC
Langkah-langkah dalam pengembangan rencana
keperawatan keluarga menurut Mubarak (2006), yaitu :
1. Bantu keluarga mengenal tentang TBC dengan
cara : jelaskan pengertian TBC, jelaskan penyebab TBC, jelaskan tanda dan
gejala TBC.
2. Bantu keluarga mengambil keputusan untuk
merawat anggota keluarga dengan TBC, dengan cara : jelaskan komplikasi dari
TBC, motivasi keluarga dalam mengambil keputusan untuk merawat anggota keluarga
dengan TBC.
3. Bantu keluarga agar mampu merawat anggota
keluarga dengan TBC, dengan cara : jelaskan cara mencegah TBC, jelaskan cara
perawatan anggota keluarga di rumah dengan TBC, ajarkan cara membuang sputum
dengan sputum pot, ajarkan klien tentang diet tinggi kalori dan tinggi protein
(TKTP).
4. Bantu keluarga memodifikasi lingkungan
dengan cara : ajarkan klien untuk jemur kasur bekas penderita secara teratur 1
minggu 1x, Buka jendela lebar-lebar agar udara segar dan sinar matahari dapat
masuk, ajarkan klien tentang perilaku hidup bersih dan sehat.
5. Bantu klien untuk memanfaatkan fasilitas
kesehatan dengan cara : jelaskan manfaat dari pelayanan kesehatan, motivasi
keluarga untuk memanfaatkan pelayanan kesehatan terdekat.
Evaluasi Keperawatan Keluarga dengan TBC
Evaluasi yang
diharapkan dari tindakan keperawatan terhadap keluarga yaitu: keluarga dapat
mengenal tentang TBC (mampu menyebutkan pengertian, penyebab, tanda dan
gejala), keluarga dapat mengambil keputusan untuk merawat anggota keluarga
dengan TBC ( klien mampu menjelaskan komplikasi dari TBC, keluarga mampu
mengambil keputusan untuk merawat anggota keluarga dengan TBC), keluarga mampu
merawat anggota keluarga dengan TBC (klien membuang sputum dalam sputum pot
yang diberi desinfektan, klien minum obat secara teratur), keluarga mampu
memodifikasi lingkungan yang sehat (keluarga menjelaskan lingkungan yang sehat,
keluarga mampu memodifikasi lingkungan yang sehat), keluarga mampu melaksanakan
pelayanan kesehatan terdekat.
Kasus
Ditemukan data
diwilayah X sebagai berikut : Terdapat sebuah keluarga dengan kepala keluarga
Tn.S ( 50Th ) dan istrinya Ny.M (45Th ) yang tinggal
dirumah dengan ukuran 6x3 meter dengan kondisi rumah sempit, lembab,
pencahayaan remang-remang, jendela tidak terbuka, ventilasi kurang. Mereka
memiliki 3 orang anak yaitu : An.A ( 16Th ), An.B ( 12Th
), An.C ( 8Th ). Tn.S bekerja sebagai kuli bangunan dengan
penghasilan < 500.000/ bulan. Ny.M membantu suaminya dengan bekerja sebagai
pembantu rumah tangga < 300.000/ bulan, sehingga Ny.M jarang mengontrol
suaminya untuk minum obat yang sudah 1Th menderita TB paru. Tn.S memiliki kebiasaan
merokok, ketika ditanya Tn.S mengatakan biasa membuang ludah di sembarang
tempat. Tn.S sering mengeluh batuk, pernah batuk sampai mengeluarkan darah,
nafsu makan menurun bahkan BB juga turun. Karena sibuk bekerja Tn.S dan Ny.M
jarang pergi ke puskesmas untuk memeriksakan penyakitnya. Anak Tn. S yaitu An.C
juga mengeluh batuk sudah berlangsung selama 2 minggu, suhu badannya panas,
pusing dan terlihat kurus. Ny.M berencana pergi kepuskesmas untuk memeriksakan
penyakit An.C tetapi menunggu libur kerjanya.
Analisa Data
Data
|
Masalah
|
Etiologi
|
·
Tn.S menderita TB paru sejak 1Th yang lalu.
·
Tn.S memiliki kebiasaan meludah di sembarang
tempat.
·
Ny.M istri Tn.S kurang mengetahui cara
penularan dan pencegahan TB paru.
·
An.C Anak dari Tn.S juga mengeluh batuk selama
1minggu, demam, pusing dan terlihat kurus.
·
Rumah
Tn.S sempit, lembab, pencahayaan remang-remang, jendela tidak dibuka.
|
Resiko penularan / penyebaran penyakit
|
Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarganya yang sakit
|
·
Ny.M jarang mengontrol suaminya untuk minum
obat.
·
Ny.M
kurang mengetahui tentang cara pencegahan dan penularan penyakit Tb paru.
·
Tn.S
jarang pergi kepuskesmas untuk memeriksakan penyakitnya.
|
Kurangnya pengetahuan
keluarga tentang penyakit TB paru
|
Ketidak mampuan keluarga mengenal masalah kesehatan
|
·
Tn.S mengeluh sesak, dan batuk pada malam hari
serta mengeluarkan darah.
|
Gangguan pola nafas
|
Ketidak mampuan kelurga mengenal masalah kesehatan
|
Diagnosa Keperawatan
a.
Resiko penularan / penyebaran penyakit
berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarganya yang
sakit.
b.
Kurangnya pengetahuan keluarga tentang penyakit
TB paru berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan
c. Gangguan pola nafas berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan
Prioritas Masalah
Resiko penularan atau penyebaran penyakit berhubungan dengan ketidakmampuan
keluarga merawat anggota keluarganya yang sakit.
No
|
Kriteria
|
Perhitungan
|
Nilai
|
Pembenaran
|
1.
2.
3.
4.
|
Sifat masalah :
Ancaman kesehatan
Kemungkinan masalah dapat diubah : mudah
Potensial masalah untuk
dicegah : Tinggi
Menonjolkan masalah :
masalah berat harus di tangani.
|
2/3 x 1
2/2 x 2
3/3 x 1
2/2 x 1
|
2/3
2
1
1
|
-
Tn.S memiliki kebiasaan meludah disembarang
tempat
-
An.C akhir-akhir ini juga batuk selama 1
minggu
-
Tn.S memiliki An.C yang usianya sudah 8th
sehinggah bisa mempermudah untuk memberikan penyuluhan HE kepada keluarga
Tn.S.
-
An.C sudah menderita batuk dalam 1 minggu
terakhir.
-
An.C sudah menderita batuk dalam 1 minggu
terakhir.
|
Score
|
4 2/3
|
Kurangnya pengetahuan keluarga berhubungan
dengan ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan.
No
|
Kriteria
|
Perhitungan
|
Nilai
|
Pembenaran
|
1.
2.
3.
4.
|
Sifat masalah :
Ancaman kesehatan
Kemungkinan masalah dapat diubah : mudah
Potensial masalah untuk
dicegah : Tinggi
Menonjolkan masalah :
masalah berat harus di tangani.
|
2/3 x 1
2/2 x 2
2/3 x 1
0/2 x 1
|
2/3
2
2/3
0
|
-
Ny.M tidak mengetahui cara penularan dan
pencegahan penyakit.
-
Ny.M yang bekerja sebagai pembantu rumah
tangga mau tahu cara penularan dan pencegahan penyakit
-
Masalah dapat cukup mudah di cegah, karena
Ny.M berusaha untuk tahu tentang penularan dan pencegahan.
-
Ny.M t Idak menyadari ketidak tahuannya
terhadap penyakit Tn.S.
|
Score
|
2 4/3
|
Gangguan pola nafas berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga mengenal
masalah kesehatan.
No
|
Kriteria
|
Perhitungan
|
Nilai
|
Pembenaran
|
1.
2.
3.
4.
|
Sifat masalah :
Tidak tau kurang sehat
Kemungkinan masalah dapat diubah : sebagian
Potensial masalah untuk dicegah : Tinggi
Menonjolkan masalah : masalah berat harus di tangani.
|
3/3 x 1
1/2 x 2
1/3 x 1
2/2 x 1
|
1
1
1/3
1
|
-
Tn.S sesak, dan sering batuk pada malam hari
yang disertai batuk darah.
-
Sesak Tn.S dapat diobati dengan pemberian O2
dan Tn.S dapat mengikuti program pengobatan gratis dari pemerintah selama 6
bulan.
-
Pada Px TB yang sudah batuk darah kemungkinan
untuk dicegah tidak bisa kecuali dengan pengobatan.
-
Tn.S sudah sampai tahap kronis dan butuh
penanganan yang tepat agar penyakit tidak lebih parah.
|
Score
|
3 1/3
|
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
TBC
adalah penyakit yang sangat berbahaya dan menular karena jika tidak mendapatkan
penanganan yang baik akan mengakibatkan kematian oleh karena itu dalam kasusu ini
keluarga memiliki peranan yang sangat penting karena keluarga adalah sasaran
yang paling rentah tertular karena jika ada salah seorang keluarganya yang
terkena penyakit ini, maka anggota keluarga yang lain memiliki potensi untuk
tertular penyakit ini kontak langsung dengan penderita sudah tidak dapat
dihindari dalam keluarga satu-satunya cara untuk menghindari adalah membatasi
kontak langsung dengan penderita.
3.2
Saran
Dengan
adanya makalah ini pembaca diharapkan mengerti dan paham bagaimana cara
memberikan asuhan keperawatan keluarga pada klien TBC dan mengaplikasikan teori
keperawatan yang telah ada.
DAFTAR
PUSTAKA
http://Keluarga Tbc/Apakah Tuberkulosis Itu « Children Tuberculosis Clinic.Htm
http://Keluarga Tbc/47-Apakah-Tuberkulosis-Itu.Html
Ferry Efendi, Makhfudli, 2009. Keperawatan
Keseehatan Komunitas. Salemba Medika; Jakarta
No comments:
Post a Comment