Juniartha Semara Putra

Adanya bercak tipis seperti panu
(lesi) pada tubuh
Pada awalnya bercak putih ini
hanya sedikit tetapi lama-lama semakin melebar dan banyak.
Bercak putih ini tidak menimbulkan
gatal dan rasa sakit.
Kepekaan pun berkurang pada daerah yang
terdapat bercak putih ini.
Lemah dan mengalami
kelainan bentuk pada tangan dan kaki.
Adanya pelebaran syaraf terutama pada
syaraf ulnaris, medianus, aulicularis magnus seryta peroneus.
Kelenjar keringat kurang bekerja
sehingga kulit menjadi tipis dan mengkilat.
Adanya bintil-bintil kemerahan (nodul)
yarig tersebar pada kulit
Alis rambut rontok
Muka berbenjol-benjol dan tegang yang
disebut facies leomina (muka singa), selain itu terjadi juga kerusakan pada
sekat dan tulang hidung.
Tubuh panas atau suhu tubuh menurun sampai derajat
yang rendah hingga menggigil.
Anoreksia (tidak nafsu makan).
Nausea(mual), kadang-kadang disertai
vomitus(muntah).
Cephalgia.
Kadang-kadang disertai iritasi,
orchitis, dan pleuritis (radang selaput paru-paru).
Kadang-kadang disertai dengan nephrosia,
nepritis, dan hepatospleenomegali.
Neuritis
Adanya bercak tipis seperti panu
(lesi) pada tubuh
Pada awalnya bercak putih ini
hanya sedikit tetapi lama-lama semakin melebar dan banyak.
Bercak putih ini tidak menimbulkan
gatal dan rasa sakit.
Kepekaan pun berkurang pada daerah yang
terdapat bercak putih ini.
Lemah dan mengalami
kelainan bentuk pada tangan dan kaki.
Adanya pelebaran syaraf terutama pada
syaraf ulnaris, medianus, aulicularis magnus seryta peroneus.
Kelenjar keringat kurang bekerja
sehingga kulit menjadi tipis dan mengkilat.
Adanya bintil-bintil kemerahan (nodul)
yarig tersebar pada kulit
Alis rambut rontok
Muka berbenjol-benjol dan tegang yang
disebut facies leomina (muka singa), selain itu terjadi juga kerusakan pada
sekat dan tulang hidung.
Tubuh panas atau suhu tubuh menurun
sampai derajat yang rendah hingga menggigil.
Anoreksia (tidak nafsu makan).
Nausea(mual), kadang-kadang disertai
vomitus(muntah).
Cephalgia.
Kadang-kadang disertai iritasi,
orchitis, dan pleuritis.
Kadang-kadang disertai dengan
nephrosia, nepritis, dan hepatospleenomegali.
Neuritis
SATUAN ACARA
PENYULUHAN (S.A.P)
PADA PENDERITA
PENYAKIT KUSTA
I.
LATAR
BELAKANG
Penyakit
kusta di Indonesia dewasa ini masih merupakan masalah kesehatan masyarakat.
Sebenarnya bila ditemukan dalam stadium dini merupakan penyakit ringan, akan
tetapi penderita ditemukan dalam stadium lanjut. Penyakit kusta lanjut member
gambaran pada mayarakat seolah-olah penyakit kusta ini tidak dapat disembuhkan.
Penyakit kusta dapat menyerang semua umur, namun laki-laki lebih banyak terkena
dibandingkan dengan wanita dengan perbandingan 2:1, walaupun ada beberapa
daerah menunjukkan kejadian ini hamper sama bahkan ada daerah yang menunjukkan
penderita wanita hamil lebih banyak.(Direktorat Jendral PPM dan PPL, 2000).
Penyakit
kusta adalah penyakit menular yang menanuhun dan disebabkan oleh kuman Mycrobacterium leprae yang menyerang
kulit, saraf tepi, dan jaringan tubuh lainnya. Pada sebagian beras orang yang
terimfeksi, penyakit bersifat asomtomatrik, sebagian kecil yang terlambat di
diagnose dan terlambat diobati, memperlihatkan gejala klinis dan mempunyai
kecenderungan menjadi cacat. Gejala awal biasanya penderitak tidak merasa
terganggu hanya terdapat adanya kelainan pada kulit berupa bercak putih seperti
panu ataupun bercak kemerahan, kelainan kulit ini kurang rasa atau hilang rasa
(Marwali Harapat, 2000).
Pada
kemajuan teknologi promotif, pencegahan, pengpbatan, dan pemulihan kesehatan di
bidang kusta, makapenyakit kusta sudah dapat diatasi dan seharusnya tidak lagi
menjadi masalah kesehatan masyarakat. Tetapi masih banyaknya masyarakat yang
belum mengetahui penyakit kusta ini, terutama tanda dini dan akibat yang
ditimbulkannya serta cara perawatannya maka penyebaran penyakit kusta tetap
terjadi, di seluruh dunia dengan yang berbeda-beda diantara 122 negara yang
endemis pada tahun 1985. Diantara 11 negara penyumbang penderita penyakit kusta
di dunia, Indonesia menempati peringkat ke-4 setelah India, Brasil, Myanmar
(Sub Direktorat Kusta, 2002).
Jumlah
penderita kusta di Bali ditemukan pada tahun 2011, yaitu 1.330 orang. Hal
tersebut juga terjadi di Desa Menanga, Rendang, Karangasem pada tahun 2010
sampai 2011 terdapat 50 orang penderita. Perilaku perawatan kusta dipengaruhi
oleh kurangnya pengetahuan pasien pada perawatan kusta. Berdasarka survey di
Desa Menanga, penderita kusta masih kurang maksimal dalam melakukan perawatan
pada penyakit kustanya. Mereka merawat penyakitnya hanya dengan intensitas 4
kali dalam seminngu. Padahal seharusnya perawatan dilakukan 2 kali dalam
sehari.
Berdasarkan
uraian di atas maka perlu diberikan penyuluhan mengenai penyakit kusta.
II.
TUJUAN
Ø Tujuan Umum :
Setelah
dilakukan pendidikan kesehatan selama 1 × 45 menit, masyarakat Desa Menanga
mampu memahami penyakit kusta.
Ø Tujuan Khusus:
Setelah
mendapatkan pendidikan kesehatan selama 1 × 45 menit, masyarakat Desa Menanga
mampu menjelaskan:
a. Pengertian
penyakit kusta
b. Menyebutkan
gejala-gejala penyakit kusta
c. Cara penularan
penyakit kusta
d. pengobatan
penyakit kusta
e. Pencegahan dari
penyakit kusta
III.
MATERI
PENYULUHAN
a. Pengertian penyakit kusta
b. Gejala-gejala penyakit kusta
c. Cara penularan penyakit kusta
d. Pengobatan penyakit kusta
e. Pencegahan dari penyakit kusta
IV.
METODE
a. Ceramah
b. Tanya
jawab
c. Demonstrasi
V.
MEDIA
, ALAT, BAHAN, DAN SUMBER YANG DIGUNAKAN
a. MEDIA:
Leaflet, Video, Presentasi PowerPoint
b. ALAT
: Komputer / Laptop, Layar, LCD Proyektor, dan Alat Demonstrasi (sabun cuci
tangan, 2 waskom, air secukupnya, tissue / handuk kering)
c. SUMBER
:
Sjamsoe – Daili, Emmi S. 2003. Kusta. Jakarta.: Penerbit Fakultas
Kedokteran
Universitas Indonesia
Stadar
asuhan keperawatan RSUD Tugurejo Semarang. 2002. Ruang Kusta.
Propinsi Jawa Tangah
Sjamsuhidajat. R dan
Jong, Wimde. 1997. Buku Ajar Ilmu
Bedah. Edisi Revisi. Jakarta: EGC.
VI.
PESERTA
Masyarakat Desa Menanga, Kelurahan
Menanga, Kecamatan Rendang, Kabupaten Karangasem, Provensi Bali.
VII.
WAKTU
Hari : Senin
Tanggal : 9 April 2012
Jam : 08.30 - Selsesai
VIII.
TEMPAT
Bale Banjar Desa Menanga, Kelurahan
Menanga, Kecamatan Rendang, Kabupaten Karangasem, Provinsi Bali.
a.
Setting
Tempat :
|


|
|
|
|
|
|
|
|
|
Keterangan :
P : Penyuluh
A : Audience
S : Slide (power point)
U : Undangan
M : Moderator
IX.
RENCANA
EVALUASI
A.
Sturktur :
a. Persiapan
Media
Media yang akan
digunakan dalam penyuluhan semuanya lengkap dan siap digunakan. Media yang
digunakan adalah leaflet dan slide.
b. Persiapan
Materi
Materi yang akan
diberikan dalam penyuluhan sudah disiapkan dan akan disebarluaskan dalam bentuk
leaflet yang berisi gambar dan tulisan
c. Undangan/
peserta penyuluhan sejumlah 40 orang
B.
Proses penyuluhan :
a. Kegiatan
penyuluhan yang akan diberikan diharapkan berjalan lancar dan sasaran memahami
tentang penyuluhan yang diberikan.
b. Dalam
proses penyuluhan diharapkan terjadi interaksi antara penyuluh dan sasaran
c. Peserta
diharapkan memperhatikan materi yang diberikan.
d. Sasaran
diharapkan kehadirannya 80% dan tidak ada yang meninggalkan tempat saat
penyuluhan berlangsung
C.
Hasil Penyuluhan :
1. Jangka
Pendek
(1) Sasaran
mengerti sekitar 80% dari materi yang diberikan
(2) Sasaran
memeahami tentang penyakit kusta
2. Jangka
Panjang
(1) Meningkatkan
pengetahuan sasaran mengenai penyakit kusta sehingga dapat meminimalisir
penyakit tersebut.
(2) Dapat
menjadi agen perubahan dengan cara membagikan pesan tentang perilaku hidup
sehat kepada anggota keluarga yang lain dan masyarakat
Lampiran 1
MATERI
PENYULUHAN MENGENAI
PADA
PENDERITA PENYAKIT KUSTA
A.
PENGERTIAN PENYAKIT KUSTA
Kusta atau lepra disebut juga penyakit morbus hansen.
merupakan penyakit infeksi kronik yang disebabakan oleh bakteri atau kuman mycrobacterium
leprae. Penyakit kusta menyerang kulit dan syaraf tepi seseorang yang
menyebabkan syaraf tepi orang tersebut mati rasa, gangguan pada kulit,
kelumpuhan pada tungkai dan kaki, menyerang sistem pernapasan atas, kerusakan
mata, dan membran selaput lendir.
Bakteri mycrobakterium leprae adalah
jenis kuman anaerob, tidak membentuk spora, berbentuk batang, dan tahan asam.
bakteri ini masuk ke dalam tubuh manusia melalui kulit, muccus membran, dan
saluran nafas.Terdapat tiga macam jenis kusta yakni :
1.
Kusta Tuberkuloid Atau Tuberculoid
Leprosy (tl)
Merupakan jenis
kusta yang tidak menular karena kelainan kulitnya mengandung sedikit kuman,
membentuk radang granuloma tuberkel tanpa nekrosis perkejuan yang menyebabkan
kulit berwarna pucat dan mati rasa. Bentuk kusta tuberkoloid mempunyai kelainan
pada jaringan syaraf sehingga mengakibatkan cacat pada tubuh.
2.
Kusta Lepromatosa atau Lepromatous
Leprosy (ll)
Jenis kusta
satu ini adalah jenis kusta yang menular sebab dalam kulit yang terjejas
mengandung banyak kuman. kusta lepromatosa memiliki ciri kelainan kulit yang
menyebar secara simetris di seluruh tubuh, berhubungan dengan lesi, nodul atau
plak, dermis kulit yang menipis, dan perkembangan pada mukosa hidung yang
menyebabkan penyumbatan hidung atau kongesti nasal danepistaksis (hidung berdarah) namun
pendeteksian terhadap kerusakan saraf sering kali terlambat.
3.
Kusta Multibasiler
Kusta
multibasiler merupakan penyakit kusta dengan tingkat keparahan yang sedang dan
tipe kusta yang sering ditemukan. kusata ini bercirikan dengan adanya lesi
(bercak atau luka) kulit yang menyerupai kusta tuberkuloid tapi jumlahnya lebih
banyak dan tak beraturan. bagian lesi yang besar dapat mengganggu seluruh
tungkai, dan gangguan saraf tepi dengan kelemahan dan kehilangan rasa
rangsang.Tipe ini tidak stabil dan dapat menjadi seperti kusta lepromatosa
ataupun menjadi kusta tuberkuloid.
B.
GEJALA- GEJALA
PENYAKIT KUSTA
Timbulnya
gejala penyakit yang dirasakan penderita dikarenakan telah terjadinya
perkembangbiakan bakteri kusta terhadap sistem imun tubuh penderita
sehingga merangsang tubuh untuk melakukan perlawanan.
Ada tiga jenis
kusta maka tanda-tanda atau gejala yang ditimbulkannya pun berbeda-beda yakni
sebagai berikut :
a. Kusta
Tuberkoloid :
Ø beberapa bagian
tubuh mengalami anestesi atau mati rasa
Ø hipopigmentasi
kulit
Ø bercak-bercak
seperti panu pada permukaan kulit secara simetris dan menyebar serta kering
Ø resistensi yang
tinggi
b.
Kusta Lepromatosis :
Ø terdapat plak
dan nodul pada tubuh
Ø dermis
(permukaan kulit) mengering
Ø hidung berdarah
(epistaksis)
Ø terjadi
kerusakan pada sekat dan tulang hidung
c.
Kusta Multibasiler :
Ø pada permukaan
kulit terdapat bercak-bercak seperti panu (lesi) yang sangat banyak dan tidak
beraturan
Ø kehilangan rasa
rangsang
Adapun tanda-tanda atau gejala kusta secara umum adalah
sebagai berikut :

















C.
CARA PENULARAN
PENYAKIT KUSTA
Masih belum
bisa dipastikan cara dan bagaimana cara penyakit kusta dapat diderita oleh
seseorang. namun, dari beberapa penelitian dan
dugaan penyakit kusta menyebar bisa melalui udara ataupun kontak langsung
dengan penderita kusta menular seperti kusta lepromatosis dan kusta
multibasiler.
Kusta dapat menyeber melalui udara
sebab menurut penelitian yang dilakukan pedley bahwa sebagian pasien
lepromatosa memperlihatkan adanya bakteri atau basil di sekret hidung mereka. Sedangkan
dalam penelitian Davey dan Rees mengindikasi bahwa sekret hidung dari pasien
lepromatosa dapat memproduksi 10.000.000 organisme per hari. sekret hidung yang
keluar dari hidung penderita kusta ini mengandung basil kusta. Basil kusta ini
masih dapat hidup selama 2 – 7 x 24 jam setelah dikeluarkan dari hidung
penderita dan mengering oleh udara luar.
Kusta yang menular dengan kontak
langsung pada penderita dikarenakan adanya penjalaran bakteri mycrobacterium
leprae dari kulit penderita pada orang sehat ketika kulit mereka bersentuhan
secara langsung. telah dibuktikan bahwa kasus lepromatosa menunjukkan adanya
sejumlah organisme di dermis kulit. Diduga
pula bakteri ini dapat berpindah ke kulit oarang yang sehat melalui kontak
dengan keringat si penderita.
Perlu diketahui selain penularan kusta
dengan cara di atas bahwa sistem imun tubuh manusia juga turut mempengaruhi
apakah seseorang akan terinfeksi penyakit kusta atau tidak setelah ia kontak
atau berada si lingkungan orang dengan penyakit kusta, sebab menurut
penelitian, dalam sebuah keluarga bisa saja antar anggota keluarga menderita
penyakit kusta yang berbeda jenisnya, bahkan ada anggota keluarga yang tidak
mengidap sama sekali padahal anggota keluarga lainnya menderita penyakit kusta.
Menurut Ress (1975) dapat ditarik kesimpulan bahwa penularan dan perkembangan
penyakit kusta hanya tergantung dari dua hal yakni jumlah atau keganasan Mycrobacterium leprae dan daya tahan
tubuh penderita. Disamping itu faktor-faktor yang berperan dalam penularan
kusta adalah:
Ø Usia: laki-laki lebih banyak
dijangkiti
Ø Ras: Bangsa Asia dan Afrika lebih
banyak dijangkiti
Ø Kesadaran sosial: umumnya
negara-negara endemis kusta adalah negara dengan tingkat sosial ekonomi rendah.
Ø Lingkungan: fisik, biologi, sosial
yang kurang sehat
D. PENGOBATAN
PENYAKIT KUSTA
Obat-obat yang dapat digunakan untuk
penyakit kusta adalah:
1. Rifampicim: dapat membunuh bakteri
kusta dengan menghambat perkembangbiakan bakteri, dengan dosis 600mg.
2. Diaminodiphenylsulfone: mencegah
restansi bakteri terhadap obat (dikombinasikan dengan obat lain).
3. Clofazimine: menghambat pertumbuhan
dan menekan efek bakteri yang perlahan pada Mycobacterium
leprae dengan berkaitan pada DNA bakteri.
4. Olfloxacin: bereaksi menyerupai
penghambat bakteri.
5. Minocycline: menghambat sintesis
protein bakteri.
Berbagai macam terapi pengobatan
penyakit kusta antara lain:
Ø Pada awalnya hanya digunakan satu
obat Dapson untuk pengobatan penyakit kusta, pengobatan ini disebut juga
pengobatan monoterapi tapi kemudian hal ini menyebabkan bakteri kusta menjadi
kebal sehingga pemakian dihentikan.
Ø
Untuk
pengobatan penyakit kusta dapat juga digunakan metode kombinasi antara obat
Dapson, Rifamfisin, dan Klofazimin. Pengobatan dengan multi obat ini cukup
berhasil hanya saja diperlukan ketekunan dan kedisiplinan dari penderita untuk
terus-menerus meminumnya. Pengobatan multi obat ini disebut juga drugs
treatment. Cara pengobatan penyakit kusta adalah dengan pengobatan rutin siap
harinya.
ü Untuk
tipe kusta Tuberkoloid membutuhkan pengobatan 6 bulan dengan terapi Dopson dan
Rifamfisin.
ü Untuk
tipe kusta Multibasiler dan Lepromatosis membutuhkan pengobatan selama 24 jam
dengan terapi Dapson, Rifamfisin, dan Klofazimin.
Ø
Disarankan
juga penderita kusta untuk mengonsumsi Lamprin, Prednison, Sulfat feros, dan
Retinol (vitamin A) bagi menyehatkan kusta dengan kulit yang bersisik.
Hingga saat ini tidak
ada vaksinasi untuk penyakit kusta. Dari hasil penelitian dibuktikan bahwa
kuman kusta yang masih utuh bentuknya, lebih besar kemungkinan amat menimbulkan
penularan dibandingkan dengan yang tidak utuh. Jadi, faktor pengobatan adalah
amat penting dimana kusta dapat dihancurkan, sehingga penularan dapat dicegah.
Kebanyakan penderita
kusta mengalami kecacatan disebabkan keterlambatan orang tersebut untuk meminum
obat itu dengan tidak sempurna atau pengobatannya tidak tuntas, jika penderita
meminum obat dengan cepat maka kecacatan akibat saraf tepi yang mati dapat
dicegah atau dihindari.
Saat ini obat kusta sudah
gratis dan bisa didapatkan di Puskesmas dan rumah sakit milik pemerintah. Obat
ini merupakan bantuan dari organisasi kesehatan dunia (WHO).
E. PENCEGAHAN PENYAKIT KUSTA
Yang dapat dilakukan untuk mencegah
penyakit kusta adalah:
1. Mencegah
kontak dengan kulit penderita.
2. Melakukan
vaksinasi.
3. Meningkatkan
sistem imun dengan melakukan hidup sehat.
4. Meningkatkan
kebersihan pribadi.
5. Diagnosis
dan pengobatan yang segera.
6. Biarkan
sinar matahari masuk ke dalam rumah sebab bakteri kusta akan mati pada suhu
yang panas, serta hindari ruangan yang lembab.
7. Tidak
memakai air kotor untuk mandi.
8. Tidak
memakai pakaian-pakaian bekas yang tidak jelas asalnya.
9. Menjaga
kesehatan dan kebersihan lingkungan.
Lampiran 2
PERTANYAAN DAN JAWABAN
PERTANYAAN
1. Apa
itu penyakit kusta?
2. Apa
saja gejala-gejala penyakit kusta?
3. Bagaimana
cara penularan penyakit kusta?
4. Bagaimana
pengobatan penyakit kusta?
5. Bagaimana
pencegahan dari penyakit kusta?
Lampiran
3
JAWABAN
A.
PENGERTIAN PENYAKIT KUSTA
Kusta atau lepra disebut juga penyakit morbus hansen.
merupakan penyakit infeksi kronik yang disebabakan oleh bakteri atau kuman mycrobacterium
leprae. penyakit kusta menyerang kulit dan syaraf tepi seseorang yang
menyebabkan syaraf tepi orang tersebut mati rasa, gangguan pada kulit,
kelumpuhan pada tungkai dan kaki, menyerang sistem pernapasan atas, kerusakan
mata, dan membran selaput lendir.
B.
GEJALA- GEJALA
PENYAKIT KUSTA
Adapun tanda-tanda atau gejala kusta secara umum adalah
sebagai berikut :

















C.
CARA PENULARAN
PENYAKIT KUSTA
Masih belum
bisa dipastikan cara dan bagaimana cara penyakit kusta dapat diderita oleh
seseorang. namun, dari beberapa penelitian dan
dugaan penyakit kusta menyebar bisa melalui udara ataupun kontak langsung
dengan penderita kusta menular seperti kusta lepromatosis dan kusta
multibasiler.
Kusta dapat menyeber melalui udara
sebab menurut penelitian yang dilakukan pedley bahwa sebagian pasien
lepromatosa memperlihatkan adanya bakteri atau basil di sekret hidung mereka. Sedangkan
dalam penelitian Davey dan Rees mengindikasi bahwa sekret hidung dari pasien
lepromatosa dapat memproduksi 10.000.000 organisme per hari. sekret hidung yang
keluar dari hidung penderita kusta ini mengandung basil kusta. Basil kusta ini
masih dapat hidup selama 2 – 7 x 24 jam setelah dikeluarkan dari hidung
penderita dan mengering oleh udara luar.
Kusta yang menular dengan kontak
langsung pada penderita dikarenakan adanya penjalaran bakteri mycrobacterium
leprae dari kulit penderita pada orang sehat ketika kulit mereka bersentuhan
secara langsung. telah dibuktikan bahwa kasus lepromatosa menunjukkan adanya
sejumlah organisme di dermis kulit. Diduga
pula bakteri ini dapat berpindah ke kulit oarang yang sehat melalui kontak
dengan keringat si penderita.
D. PENGOBATAN
PENYAKIT KUSTA
Obat-obat yang dapat digunakan untuk
penyakit kusta adalah:
6. Rifampicim: dapat membunuh bakteri
kusta dengan menghambat perkembangbiakan bakteri, dengan dosis 600mg.
7. Diaminodiphenylsulfone: mencegah
restansi bakteri terhadap obat (dikombinasikan dengan obat lain).
8. Clofazimine: menghambat pertumbuhan
dan menekan efek bakteri yang perlahan pada Mycobacterium
leprae dengan berkaitan pada DNA bakteri.
9. Olfloxacin: bereaksi menyerupai
penghambat bakteri.
10. Minocycline: menghambat sintesis
protein bakteri.
E. PENCEGAHAN PENYAKIT KUSTA
Yang dapat dilakukan untuk mencegah
penyakit kusta adalah:
a.
Mencegah kontak dengan kulit penderita.
b.
Melakukan vaksinasi.
c.
Meningkatkan sistem imun dengan
melakukan hidup sehat.
d.
Meningkatkan kebersihan pribadi.
e.
Diagnosis dan pengobatan yang segera.
f.
Biarkan sinar matahari masuk ke dalam
rumah sebab bakteri kusta akan mati pada suhu yang panas, serta hindari ruangan
yang lembab.
g.
Tidak memakai air kotor untuk mandi.
h.
Tidak memakai pakaian-pakaian bekas yang
tidak jelas asalnya.
i.
Menjaga kesehatan dan kebersihan
lingkungan.
No comments:
Post a Comment