Juniartha Semara Putra
Katalisis asam-basa umum
Peranan ion logam
Peranan ion logam pada
katalisisIon logam dapat berpartisipasi dalam salah satu dari 4 mekanisme yang
dipakai enzim untuk mempercepat kecepatan reaksi kimia : katalisis asam-asam
umum,katalisis kovalen, Mendekatkan pereaksi, dan Mengadakan tekanan pada enzim
atau substrat. Ion logam, seperti proton, adalah asam Lewis atau elektrotil dan
oleh karena itu dapat menerima bagian alam pasangan elektron yang membentuk
ikatan sigma. Ion logam juga dapat dianggap “super acids” karena mereka
terdapat pada larutan yang netral, sering mempunyai muatan posotif yang lebih
besar dari pada satu, dan dapat membentuk ikatan pi. Selain (dan tidak sperti
proton) itu, logam dapat berperan sebagai cetakan 3-dimensi untuk orientasi dan
ikatan gugus basa yang terdapat pada enzim atau substrat. Ion logam juga dapat
menerima elektron melalui ikatan sigma atau pi untuk mengaktifkan elektrofil
atau nukleofil (katalis asam-basa umum). Denagan memberikan elektron, logam
dapat mengaktifkan nukleofil atau berperan sebagai nukleofil itu sendiri.
Lingkaran koordinasi logam dapat mempersatukan enzim dan substrat (pendekatan)
atau membentuk distorasi yang menghasilakan chelate pada enzim atau substrat
(tekanan0. suatu ion logam uga dapat “menyelubungi’ nukleofil dan karena itu
mencegah reaksi sampingan yang sebaliknya mungkin timbul. Akhirnya, pengaturan
stereokimia dicapai oleh kemampuan lingkaran koordinasi logam untuk beerperan
sebagai cetakan 3-dimensi untuk mengikat gugus-gugus reaktif pada orientsi
sterik yang sfesisik.
Enzim bekerja dengan
regulasi tertentu.
Regulasi Alosterik
Fosforilasi Enzim
MEKANISME DAN REGULASI ENZIM
Enzim adalah biomolekul
berupa protein yang berfungsi sebagai katalis (senyawa yang mempercepat proses
reaksi tanpa habis bereaksi) dalam suatu reaksi kimia organik. Molekul awal
yang disebut substrat akan dipercepat perubahannya menjadi molekul lain yang disebut
produk. Jenis produk yang akan dihasilkan bergantung pada suatu kondisi/zat,
yang disebut promoter. Semua proses biologis sel memerlukan enzim agar dapat
berlangsung dengan cukup cepat dalam suatu arah lintasan metabolisme yang
ditentukan oleh hormon sebagai promoter.
Koenzim adalah kofaktor
berupa molekul organik kecil yang mentranspor gugus kimia atau elektron dari
satu enzim ke enzim lainnya. Contoh koenzim mencakup NADH, NADPH dan adenosina
trifosfat. Gugus kimiawi yang dibawa mencakup ion hidrida (H–) yang dibawa oleh
NAD atau NADP+, gugus asetil yang dibawa oleh koenzim A, formil, metenil,
ataupun gugus metil yang dibawa oleh asam folat, dan gugus metil yang dibawa
oleh S-adenosilmetionina. Beberapa koenzim seperti riboflavin, tiamina, dan asam
folat adalah vitamin. Oleh karena koenzim secara kimiawi berubah oleh aksi
enzim, adalah dapat dikatakan koenzim merupakan substrat yang khusus, ataupun
substrat sekunder. Sebagai contoh, sekitar 700 enzim diketahui menggunakan
koenzim NADH. Regenerasi serta pemeliharaan konsentrasi koenzim terjadi dalam
sel. Contohnya, NADPH diregenerasi melalui lintasan pentosa fosfat, dan
S-adenosilmetionina melalui metionina adenosiltransferase.
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KERJA ENZIM
Ada empat faktor yang
mempengaruhi kerja enzim yaitu temperatur, PH, konsentrasi dan inhibitor.
Temperatur
Karena enzim tersusun dari
protein maka enzim sangat peka terhadap temperatur. Temperatur yang terlalu
tinggi dapat menyebabkan denaturasi protein. Temperatur terlalu rendah dapat
menghambat reaksi. Pada umumnya, temperatur optimum enzim adalah 30 – 40 0C.
Kebanyakan enzim tidak menunjukkan reaksi jika suhu turun sampai sekitar 00C,
namun enzim tidak rusak. Jika suhu normal kembali, maka enzim akan aktif
kembali. Enzim tahan pada suhu rendah, namun dapat rusak di atas suhu 500C.
Perubahan PH
Enzim juga sangat
terpengaruh oleh pH. Perubahan pH dapat mempengaruhi perubahan pH dapat
mempengaruhi perubahan asam amino kunci pada sisi aktif enzim sehingga
menghalangi sisi aktif bergabung dengan subtratnya. pH optimum yang diperlukan
berbeda – beda, tergantung pada jenis enzimnya.
Konsentrasi Enzim dan Substrat
Agar reaksi berjalan optimum, maka perbandingan jumlah antara enzim dan substrat harus sesuai. Jika enzim terlalu sedikit dan substrat terlalu banyak, reaksi akan berjalan lambat dan bahkan ada substrat yang terkatalisasi. Semakain banyak enzim, reaksi akan semakin cepat.
Konsentrasi Enzim dan Substrat
Agar reaksi berjalan optimum, maka perbandingan jumlah antara enzim dan substrat harus sesuai. Jika enzim terlalu sedikit dan substrat terlalu banyak, reaksi akan berjalan lambat dan bahkan ada substrat yang terkatalisasi. Semakain banyak enzim, reaksi akan semakin cepat.
Inhibitor Enzim
Seringkali kerja enzim
dihambat oleh suatu zat yang disebut Inhibitor. Jika inhibitor ditambahkan ke
dalam campuran enzim dan substrat, kecepatan reaksi akan turun. Cara kerja
inhibitor ini adalah berikatan dengan enzim dan membentuk kompleks enzim –
inhibitor yang masih mampu atau tidak mampu berikatan dengan substrat.Ada dua
jenis inhibitor yaitu inhibitor kompetitif dan inhibitor nonkompetitif
Ø
Inhibitor kompetitif
Pada
penghambatan ini, zat – zat penghambatan mempunyai stuktur yang mirip dengan
substrat. Dengan demikian baik substrat maupun zat penghambat berkompetisi atau
bersaing untuk bergabung dengan sisi aktiv enzim. Jika zat penghambat lebih
dulu berikatan dengan sisi aktif enzim, maka substrat tidak dapat lagi
berikatan dengan sisi aktif enzim.
Ø Inhibitor Nonkompetitif
Pada
penghambatan ini, substrat sudah tidak dapat berikatan dengan kompleks enzim –
inhibitor, karena sisi aktif enzim berubah.
1. Mekanisme Kerja Enzim
Enzim
bekerja dengan cara bereaksi dengan molekul substrat untuk menghasilkan senyawa
intermediat melalui suatu reaksi kimia organik yang membutuhkan energi aktivasi
lebih rendah, sehingga percepatan reaksi kimia terjadi karena reaksi kimia
dengan energi aktivasi lebih tinggi membutuhkan waktu lebih lama. Sebagai
contoh:
X + C → XC (1)
Y + XC → XYC (2)
XYC → CZ (3)
CZ → C + Z (4)
Untuk dapat bekerja terhadap suatu zat atau substrat harus ada hubungan atau kontak antara enzim dengan substrat . Enzim merupakan ukuran yang lebih besar daripada substrat, oleh karena itu tidak semua bagian enzim berhubungan dengan substrat. Tempat atau bagian enzim mengadakan hubungan dengan substrat disebut sisi aktif (active side). Hubungan hanya dapat terjadi bila bagian aktif mempunyai ruang yang tepat menampung substrat . Apabila substrat mempunyai bentuk lain, tidak dapat ditampung pada bagian aktif enzim. Hubungan atau kontak antara enzim dengan substrat menyebabkan terjadi kompleks enzim-substrat. Komplek ini merupakan komplek yang aktif dan bersifat sementara dan akan terurai lagi apabila reaksi yang diinginkan terjadi .
Enzim dapat bekerja dengan beberapa cara, yang kesemuaannya menurunkan ΔG‡:
X + C → XC (1)
Y + XC → XYC (2)
XYC → CZ (3)
CZ → C + Z (4)
Untuk dapat bekerja terhadap suatu zat atau substrat harus ada hubungan atau kontak antara enzim dengan substrat . Enzim merupakan ukuran yang lebih besar daripada substrat, oleh karena itu tidak semua bagian enzim berhubungan dengan substrat. Tempat atau bagian enzim mengadakan hubungan dengan substrat disebut sisi aktif (active side). Hubungan hanya dapat terjadi bila bagian aktif mempunyai ruang yang tepat menampung substrat . Apabila substrat mempunyai bentuk lain, tidak dapat ditampung pada bagian aktif enzim. Hubungan atau kontak antara enzim dengan substrat menyebabkan terjadi kompleks enzim-substrat. Komplek ini merupakan komplek yang aktif dan bersifat sementara dan akan terurai lagi apabila reaksi yang diinginkan terjadi .
Enzim dapat bekerja dengan beberapa cara, yang kesemuaannya menurunkan ΔG‡:
ü Menurunkan energi aktivasi
dengan menciptakan suatu lingkungan yang mana keadaan transisi terstabilisasi
(contohnya mengubah bentuk substrat menjadi konformasi keadaan transisi ketika
ia terikat dengan enzim.)
ü Menurunkan energi keadaan
transisi tanpa mengubah bentuk substrat dengan menciptakan lingkungan yang
memiliki distribusi muatan yang berlawanan dengan keadaan transisi.
ü Menyediakan lintasan
reaksi alternatif. Contohnya bereaksi dengan substrat sementara waktu untuk
membentuk kompleks Enzim-Substrat antara.
ü
Menurunkan perubahan entropi reaksi dengan menggiring substrat
bersama pada orientasi yang tepat untuk bereaksi. Menariknya, efek entropi ini
melibatkan destabilisasi keadaan dasar, dan kontribusinya terhadap katalis
relatif kecil.
Prinsip umum
Pembicaraan tentang
mekanisme yang digunakan untuk mempercepat kecepatan reaksi melalui 3 contoh
yang akan diberikan : katalis asam dan basa pada umumnya, katalis oleh ion-ion
logam, dan katalis oleh enzim yang mengandung piridoksal fosfat.

Reaksi yang kecepatanya
berubah-ubah akibat perubahan konsentrasi ion hidrogen atau konsentrasi ion
hidronium dalam larutan, tetapi tidak tergantung pada konsentrasi asam atau
basa lainya yang terdapat dalam larutan, dikatakan dapat mengalami katalisis
asam spesifik atau katalisis basa spesifik. Reaksi yang kecepatanya tergantung
pada semua asam dan basa yang terdapat dalam larutan dikatakan dapat menglami
katalisis asam umum (general acid) atau katalisis basa umum (general base).
Mutarotasi glukosa adalah salah satu rekasi yang tunduk pada katalisis
asam-basa umum.

Ion logam melaksanakan
peranan katalisi dan struktural yang penting pada protein. Sebenarnya, lebih
dari seperempat dari semua enzim yang dikenal mengandung ion logam yang
berikatan erat atau memerlukan ion logam untuk beraktivitasnya. Fungsi ion
logam ini diselidiki dengan cara fisika, lebih-lebihdengan kristalografi
sinar-X, nuclearmagnetic (ESR). Keterangan ini digabungkan dengan pengetahuan
pembentukan dan kerusakan kompleks logam dan reaksi dalam lingkaran koordinasi
ion logam untuk memberi pengertian tentang peranan ion logam pada reksi yang
dikatalisi oleh enzim.

Mekanisme Aksi Enzim
Pada gambar diatas didapat
bahwa jika substrat bereaksi untuk menghasilkan produk, suatu hambatan energy
(energi barrier) harus lebih dahulu diatasi. Hambatan ini disebut sebagai “
energy aktifasi”. Peningkatan suhu menyebabkan bertambahnya jumlah molekul
dengan tingkat energy yang labih tinggi dari energy aktifasi yang dibutuhkan sehingga
labih banyak molekul yang bereaksi, sedangkan enzim berperan menurunkan tingkat
energy aktifasi yang dibutuhkan dengan demikian akan menyebabkan lebih banyak
molekul yang dapat bereaksi.
Konsep kompleks enzim substrat pertama dikemukakan oleh Emil Fisher, seorang ahli kimia organic pada sekitar tahun 1884. Bagian enzim terdapat menyatu dengan substrat disebut dengan sisi aktif (active side). Pada sisi aktif enzim ini substrat di rombak menjadi produk. Jika sisi aktif ini kaku dan spesifik untuk substarat tertentu reaksi balik tidak akan dapat terjadi karena struktur molekul senyawa produk sudah berbeda dengan senyawa asalnya tidak “ dikenali “ oleh enzim.
Berbeda dengan konsep sisi aktif yang kaku dari Fisher, Daniel E. Kosland mengemukakan konsep bahwa sisi aktif enzim dapat disesuaikan dengan struktur substrata tau produk setelah molekul-molekul tersebut mendekati sisi aktif enzim. Dengan demikian penggabungan antara enzim dengan substrat menjadi lebih pas. Konsep ini sering dikenal sebagai hipotesis “dirangsang agar pas” (induced fit hypothesis).
Tahapan-tahapan energi pada reaksi kimia. Substrat memerlukan energi yang banyak untuk mencapai keadaan transisi, yang akan kemudian berubah menjadi produk. Enzim menstabilisasi keadaan transisi, menurunkan energi yang diperlukan untuk menjadi produk.Sebagai katalis, enzim tidak mengubah posisi kesetimbangan reaksi kimia. Biasanya reaksi akan berjalan ke arah yang sama dengan reaksi tanpa katalis. Perbedaannya adalah, reaksi enzimatik berjalan lebih cepat. Namun, tanpa keberadaan enzim, reaksi samping yang memungkinkan dapat terjadi dan menghasilkan produk yang berbeda.lebih lanjut, enzim dapat menggabungkan dua atau lebih reaksi, sehingga reaksi yang difavoritkan secara termodinamik dapat digunakan untuk mendorong reaksi yang tidak difavoritkan secara termodinamik. Sebagai contoh, hidrolsis ATP sering kali menggunakan reaksi kimia lainnya untuk mendorong reaksi.Enzim mengatalisasi reaksi maju dan balik secara seimbang. Enzim tidak mengubah kesetimbangan reaksi itu sendiri, namun hanya mempercepat reaksi saja. Sebagai contoh, karbonat anhidrase mengatalisasi reaksinya ke dua arah bergantung pada konsentrasi reaktan.
Ikatan antara enzim dan substrat dapat berupa ikatan kovalen , ionik, hydrogen, atau Van der Waals. Ikatan kovalen dan ionik sangat penting dikaitkan dengan energy aktifasi untuk suatu reaksi, tetapi banyaknya ikatan hidrogen dan van der waals mempengaruhi orientasi struktural dari kompleks enzim substrat. Walaupun ikatan kovalen yang kuat terbentuk , umumnya ikatan ini diputuskan dengan sangat cepat untuk menghasilkan produk.
Konsep kompleks enzim substrat pertama dikemukakan oleh Emil Fisher, seorang ahli kimia organic pada sekitar tahun 1884. Bagian enzim terdapat menyatu dengan substrat disebut dengan sisi aktif (active side). Pada sisi aktif enzim ini substrat di rombak menjadi produk. Jika sisi aktif ini kaku dan spesifik untuk substarat tertentu reaksi balik tidak akan dapat terjadi karena struktur molekul senyawa produk sudah berbeda dengan senyawa asalnya tidak “ dikenali “ oleh enzim.
Berbeda dengan konsep sisi aktif yang kaku dari Fisher, Daniel E. Kosland mengemukakan konsep bahwa sisi aktif enzim dapat disesuaikan dengan struktur substrata tau produk setelah molekul-molekul tersebut mendekati sisi aktif enzim. Dengan demikian penggabungan antara enzim dengan substrat menjadi lebih pas. Konsep ini sering dikenal sebagai hipotesis “dirangsang agar pas” (induced fit hypothesis).
Tahapan-tahapan energi pada reaksi kimia. Substrat memerlukan energi yang banyak untuk mencapai keadaan transisi, yang akan kemudian berubah menjadi produk. Enzim menstabilisasi keadaan transisi, menurunkan energi yang diperlukan untuk menjadi produk.Sebagai katalis, enzim tidak mengubah posisi kesetimbangan reaksi kimia. Biasanya reaksi akan berjalan ke arah yang sama dengan reaksi tanpa katalis. Perbedaannya adalah, reaksi enzimatik berjalan lebih cepat. Namun, tanpa keberadaan enzim, reaksi samping yang memungkinkan dapat terjadi dan menghasilkan produk yang berbeda.lebih lanjut, enzim dapat menggabungkan dua atau lebih reaksi, sehingga reaksi yang difavoritkan secara termodinamik dapat digunakan untuk mendorong reaksi yang tidak difavoritkan secara termodinamik. Sebagai contoh, hidrolsis ATP sering kali menggunakan reaksi kimia lainnya untuk mendorong reaksi.Enzim mengatalisasi reaksi maju dan balik secara seimbang. Enzim tidak mengubah kesetimbangan reaksi itu sendiri, namun hanya mempercepat reaksi saja. Sebagai contoh, karbonat anhidrase mengatalisasi reaksinya ke dua arah bergantung pada konsentrasi reaktan.
Ikatan antara enzim dan substrat dapat berupa ikatan kovalen , ionik, hydrogen, atau Van der Waals. Ikatan kovalen dan ionik sangat penting dikaitkan dengan energy aktifasi untuk suatu reaksi, tetapi banyaknya ikatan hidrogen dan van der waals mempengaruhi orientasi struktural dari kompleks enzim substrat. Walaupun ikatan kovalen yang kuat terbentuk , umumnya ikatan ini diputuskan dengan sangat cepat untuk menghasilkan produk.
Keseluruhan proses
Katalisis Enzim
Interaksi ikatan harus;
Interaksi ikatan harus;
a. Cukup kuat untuk menahan
substrat cukup lama selama reaksi berlangsung.
b. Cukup lemah untuk membuat
produk lepas dari enzim
Model sisi aktif enzim
Ø
Model Lock and key
Diperkenalkan
oleh Emil Fisher th 1890. Model ini mengasumsikan bahwa hanya substrat dengan
bentuk yg cocok dapat berpasangan dengan enzim.
Ø
Model Induced –fit
Diajukan
oleh Daniel Koshland th 1958. Model ini mengasumsikan perubahan yang kontinu
pada struktur sisi aktif enzim, ketika substrat terikat.
Ø Pengikatan Substrat
(Induced Fit)
Sisi
aktif hampir sesuai dengan bentuk substrat . Pengikatan (binding) mengubah
bentuk enzim (induced fit). Binding akan menahan ikatan kimia dalam substrat.
Binding melibatkan ikatan kimia intermolekuler antara gugus fungsional substrat
dengan gugus fungsional pada sisi aktif. Ikatan kimia pada model ini adalah
Ionik, H-bonding, van der waals
Contoh:Pengikatan
Substrat (Induced Fit)
Ikatan Kimia
Ikatan Kimia
Ø
Inhibitor Kompetitif (reversibel)
Inhibitor
adalah senyawa yang dapat menghambat kerja enzim. Inhibitor memiliki struktur
yang mirip dengan substrat. Inhibitor terikat secara reversibel pada sisi
aktif. Tidak ada reaksi yang terjadi pada inhibitor. Inhibisi bergantung pada
kekuatan ikatan inhibitor dan konsentrasinya. Substrate di blok dari sisi
aktifnya. Konsentrasi substrat yang meningkat, dapat menahan inhibisi.
Ø
Inhibitor Nonkompetitif (reversible)
Struktur
inhibitor tidak sama/tdk mirip dengan substrat. Inhibitor terikat secara
reversibel pada sisi alosterik. Terbentuk ikatan intermolekuler. Induced fit
merubah bentuk enzim. Sisi aktif terdistorsi sehingga tidak dikenali oleh
substrat. Konsentrasi substrat yang meningkat tidak dapat menahan inhibisi
Ø
Enzim alosterik
Enzim
alosterik disebut juga enzim pengatur Enzim dengan sisi alosterik sering muncul
pada awal jalur biosintesis biomolekul. Enzim di atur oleh produk akhir dari
jalur biosintesis. Produk akhir terikat pada sisi alosterik dan menginaktifkan
enzim. Inhibitor dapat memiliki struktur yang mirip dengan produk akhir.
Ø
Inhibitor Kompetitif (irreversibel)
Inhibitor
memiliki struktur yang mirip dengan substrat. Inhibitor terikat secara
ireversibel pada sisi aktif. Terbentuk ikatan kovalen antara inhibitor dan
enzim. Substrat di blok dari sisi aktifnya. Konsentrasi substrat yang
meningkat, tidak dapat menahan inhibisi.
2. Regulasi Enzim
Seperti
halnya katalisator, enzim dapat mempercepat reaksi kimia dengan menurunkan
energi aktivasi. Enzim tersebut akan bergabung sementara dengan reaktan
sehingga mencapai keadaan transisi dengan energi aktivasi yang lebih rendah
daripada energi aktivasi yang diperlukan untuk mencapai keadaan transisi tanpa
bantuan katalisator atau enzim.

Kinetika reaksi yang
cepat, itulah kelebihan dari enzim. Namun kecepatan ini juga harus
dikoordinasikan sedemikian rupa agar enzim yang bersangkutan tidak berada di
jalan yang salah. Terdapat lima jenis pengaturan enzim yaitu:
Induksi-RepresiMekanisme ini merupakan regulasi yang ditujukan pada pangkalnya, yaitu pada tingkat DNA. Seperti yang sudah ditinjau sebelumnya bahwa enzim merupakan protein yang disintesis berdasarkan kode genetik yang terdapat pada DNA. Regulasi pada DNA ini pada akhirnya akan meregulasi sintesis enzim yang bersangkutan. Apabila sintesis enzim di-represi, maka artinya sedikit kerja. Sebaliknya apabila diinduksi, maka sintesis enzim akan dipercepat sehingga enzim akan banyak tersedia
Induksi-RepresiMekanisme ini merupakan regulasi yang ditujukan pada pangkalnya, yaitu pada tingkat DNA. Seperti yang sudah ditinjau sebelumnya bahwa enzim merupakan protein yang disintesis berdasarkan kode genetik yang terdapat pada DNA. Regulasi pada DNA ini pada akhirnya akan meregulasi sintesis enzim yang bersangkutan. Apabila sintesis enzim di-represi, maka artinya sedikit kerja. Sebaliknya apabila diinduksi, maka sintesis enzim akan dipercepat sehingga enzim akan banyak tersedia

Regulasi ini dilakukan
oleh suatu senyawa kimia lain yang bukan merupakan substrat bagi enzim. Senyawa
kimia ini, yang diistilahkan sebagai 'aktivator/inhibitor alosterik' dapat
merubah bentukan 3-dimensi enzim sedemikian rupa sehingga enzim tersebut pada
akhirnya akan bekerja lebih cepat atau lebih lambat. Perumusan kerja untuk
model enzim alosterik dibuat oleh Monod, Wyman, dan Changeux. Model untuk kerja
enzim yang seperti itu selanjutnya dikenal sebagai 'cooperativity' atau juga
model MWC.

Disini kita akan melihat
enzim mengkatalisis enzim, tepatnya dalam reaksi fosforilasi atau mengikatkan
gugus fosfat pada suatu enzim. Sebagian besar enzim di dalam tubuh kita
kerjanya sangat terpengaruh dengan apa yang disebut sebagai kesetimbangan
substrat-produk. Enzim memang dapat mempercepat reaksi perubahan substrat
menjadi produk, namun tidak kuasa untuk mengubah proporsi alamiah dari
keberadaan substrat-produk. Inilah kesetimbangan, suatu nilai tetap proporsi
campuran substrat dengan produk. Seringkali ketika suatu reaksi yang
dikatalisis oleh enzim sudah akan mencapai nilai kesetimbangan reaksinya, maka
produk tersebut akan menghambat kerja enzim persis seperti regulasi alosterik.
Regulasi seperti ini memang perlu ada, namun pada kondisi-kondisi tertentu hal
ini perlu dihindari sehingga tercipta mekanisme seperti ini. Terdapat satu
enzim khusus yang tugasnya memfosforilasi enzim regulator tersebut. Ketika
enzim regulator tersebut terfosforilasi, maka enzim tersebut tidak akan dapat
dihambat secara alosterik lagi. Tentu saja keadaan enzim yang terfosforilasi
ini ada jangka waktunya dan juga terdapat enzim yang bertugas untuk mencopot
gugus fosfat dari enzim regulator apabila sudah tidak diperlukan lagi.
No comments:
Post a Comment