WHO AM I?

I PUTU JUNIARTHA SEMARA PUTRA POLTEKKES KEMENKES DENPASAR JURUSAN KEPERAWATAN

Thursday, March 22, 2012

” SUKU BATAK DENGAN PENYAKIT KANKER HIDUNG"


KEPERAWATAN LINTAS BUDAYA
” SUKU BATAK ”


OLEH:
KONTINGEN KARANGASEM :
1.      Putri Diantari                                              (P07120011012)
2.      Ni Kadek Pratiwi Narayani                       (P07120011013)
3.      I Pt Juniartha Semara Putra                     (P07120011014)
4.      I Putu Arnawa                                            (P07120011026)
5.      Desak Nyoman Mita Dewi                         (P07120011042)
6.      Komang Herdiani Sattvika                        (P07120011049)
7.      I Ketut Adiastra                                          (P07120011050)
8.      Luh Putu Wijayanti                                    (P07120011019)
9.      Ni Made Linda Elmiati                               (P07120011071)
10.  Ni Luh Sri Marliasti S.                               (P07120011083)
11.  Komang Sri Lestari                                                (P07120011102)
12.  Ni Putu Desy Ratna S.                                (P07120011104)


POLTEKKES KEMENKES DENPASAR
JURUSAN KEPERAWATAN
2012
BAB I
PENDAHULUAN

Batak merupakan salah satu suku bangsa di Indonesia. Nama ini merupakan sebuah terma kolektif untuk mengidentifikasikan beberapa suku bangsa yang bermukim dan berasal dari Tapanuli dan Sumatera Timur, di Sumatera Utara. Suku bangsa yang dikategorikan sebagai Batak adalah: Batak Toba,Batak KaroBatak PakpakBatak SimalungunBatak Angkola, dan Batak Mandailing.
Mayoritas orang Batak menganut agama Kristen dan sisanya beragama Islam. Tetapi ada pula yang menganut agama Malim dan juga menganut kepercayaan animisme (disebut Sipelebegu atau Parbegu), walaupun kini jumlah penganut kedua ajaran ini sudah semakin berkurang. Orang Batak adalah penutur bahasa Austronesia namun tidak diketahui kapan.
Mayoritas orang Batak sangat suka makan ikan asin. Terutama yang tinggal di Bonapasogit, semboyannya adalah : tiada hari tanpa ikan asin. Ikan asin sudah berjasa besar mengentaskan jutaan orang Batak dari kemiskinan; mencetak sejumlah jenderal, menteri, pejabat tinggi, pengusaha besar, dan menghasilkan sejuta sarjana. Jika mengikuti acuan budaya pop, ikon masyarakat Batak modern adalah gulamo ataugambas (ikan asin); terutama jenis kapala batu atau hase-hase. Namun di balik jasa besarnya itu, ternyata ikan asin merupakan faktor kedua yang membuat orang Batak rentan terhadap kanker hidung.
“Jika ikan asin yang ada nitrosaminnya dikonsumsi anak di bawah umur 10, tahun yang kekebalan tubuhnya masih lemah, akan memicu virus yang ada dalam tubuhnya menjadi ganas,”Masa inkubasi virus ini memakan waktu 20 tahun, makanya banyak penderita KNF baru diketahui setelah berumur 40-an.”
Nasofaring, tumor yang tumbuh di sekitar muara tuba eustachius (saluran penghubung hidung dan telinga) awalnya tidak menimbulkan gejala. Namun, seiring dengan berjalannya waktu, muncul berbagai gangguan seperti nyeri kepala karena sel kanker menyebar ke leher dan kepala, pandangan mengabur atau jadi dua (diplopia) karena saraf mata tertekan, mimisan karena dinding permukaan tumor rapuh sehingga mudah iritasi dan berdarah.
Kemudian, hidung serasa tersumbat karena sel kanker menyebar ke rongga hidung, telinga terasa penuh, berdengung, dan terasa nyeri. Ini karena tumor menyumbat muara tuba eustachius. Pembengkakan daerah sekitar leher karena kelenjar getah bening membengkak. Muncul benjolan di bawah telinga akibat semakin besarnya tumor. Tumor ganas nasofaring memang sering hadir diam-diam. Gejala baru muncul ketika kanker sudah memasuki stadium lanjut. Stadium tiga atau empat kanker nasofaring biasanya ditandai dengan benjolan di daerah leher. Pada saat keadaan seperti ini, kanker ini akan semakin ganas dan susah untuk disembuhkan


BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Konsep transculture
            Bila ditinjau dari makna kata , transkultural berasal dari kata trans dan culture, Trans berarti aluar perpindahan , jalan lintas atau penghubung.Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia; trans berarti melintang , melintas , menembus , melalui.
Cultur berarti budaya . Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia kultur berarti :
-  Kebudayaan , cara pemeliharaan , pembudidayaan.
- Kepercayaan , nilai – nilai dan pola perilaku yang umum berlaku bagi suatu kelompok dan diteruskan pada generasi berikutnya , sedangkan cultural berarti : Sesuatu yang berkaitan dengan kebudayaan.
-  Budaya sendiri berarti : akal budi , hasil dan adat istiadat.
Kazier Barabara ( 1983 ) dalam bukuya yang berjudul Fundamentals of Nursing Concept and Procedures mengatakan bahwa konsep keperawatan adalah tindakan perawatan yang merupakan konfigurasi dari ilmu kesehatan dan seni merawat yang meliputi pengetahuan ilmu humanistic , philosopi perawatan, praktik klinis keperawatan , komunikasi dan ilmu sosial . Konsep ini ingin memberikan penegasan bahwa sifat seorang manusia yang menjadi target pelayanan dalam perawatan adalah bersifat bio – psycho – social – spiritual . Oleh karenanya , tindakan perawatan harus didasarkan pada tindakan yang komperhensif sekaligus holistik.
Budaya merupakan salah satu dari perwujudan atau bentuk interaksi yang nyata sebagai manusia yang bersifat sosial. Budaya yang berupa norma , adat istiadat menjadi acuan perilaku manusia dalam kehidupan dengan yang lain . Pola kehidupan yang berlangsung lama dalam suatu tempat , selalu diulangi , membuat manusia terikat dalam proses yang dijalaninya . Keberlangsungaan terus – menerus dan lama merupakan proses internalisasi dari suatu nilai – nilai yang mempengaruhi pembentukan karakter , pola pikir , pola interaksi perilaku yang kesemuanya itu akan mempunyai pengaruh pada pendekatan intervensi keperawatan ( cultural nursing approach ).



2.2Budaya
v  Unsur Budaya
1.    Bahasa
Orang Batak juga mengenal sistem gotong-royong kuno dalam hal bercocok tanam. Dalam bahasa Karo aktivitas itu disebut Raron, sedangkan dalam bahasa Toba hal itu disebut Marsiurupan. Sekelompok orang tetangga atau kerabat dekat bersama-sama mengerjakan tanah dan masing-masing anggota secara bergiliran. Raron itu merupakan satu pranata yang keanggotaannya sangat sukarela dan lamanya berdiri tergantung kepada persetujuan pesertanya.
2.      Pengetahuan
Orang Batak juga mengenal sistem gotong-royong kuno dalam hal bercocok tanam. Dalam bahasa Karo aktivitas itu disebut Raron, sedangkan dalam bahasa Toba hal itu disebut Marsiurupan. Sekelompok orang tetangga atau kerabat dekat bersama-sama mengerjakan tanah dan masing-masing anggota secara bergiliran. Raron itu merupakan satu pranata yang keanggotaannya sangat sukarela dan lamanya berdiri tergantung kepada persetujuan pesertanya.
3.      Teknologi
Masyarakat Batak telah mengenal dan mempergunakan alat-alat sederhana yang dipergunakan untuk bercocok tanam dalam kehidupannya. Seperti cangkul, bajak (tenggala dalam bahasa Karo), tongkat tunggal (engkol dalam bahasa Karo), sabit (sabi-sabi) atau ani-ani. Masyarakat Batak juga memiliki senjata tradisional yaitu, piso surit (sejenis belati), piso gajah dompak (sebilah keris yang panjang), hujur (sejenis tombak), podang (sejenis pedang panjang). Unsur teknologi lainnya yaitukain ulos yang merupakan kain tenunan yang mempunyai banyak fungsi dalam kehidupan adat Batak.
4.      Oganisasi Sosial
a.       Perkawinan
Seni Tari yaitu Tari Tor-tor (bersifat magis); Tari serampang dua belas (bersifat hiburan). Alat Musik tradisional : Gong; Saga-saga. Hasil kerajinan tenun dari suku batak adalah kain ulos. Kain ini selalu ditampilkan dalam upacara perkawinan, mendirikan rumah, upacara kematian, penyerahan harta warisan, menyambut tamu yang dihormati dan upacara menari Tor-tor. Kain adat sesuai dengan sistem keyakinan yang diwariskan nenek moyang .
b.      Kekerabatan
Kelompok kekerabatan suku bangsa Batak berdiam di daerah pedesaan yang disebut Huta atau Kuta menurut istilah Karo. Biasanya satu Huta didiami oleh keluarga dari satu marga.Ada pula kelompok kerabat yang disebut marga taneh yaitu kelompok pariteral keturunan pendiri dari Kuta. Marga tersebut terikat oleh simbol-simbol tertentu misalnya nama marga. Klen kecil tadi merupakan kerabat patrilineal yang masih berdiam dalam satu kawasan. Sebaliknya klen besar yang anggotanya sdah banyak hidup tersebar sehingga tidak saling kenal tetapi mereka dapat mengenali anggotanya melalui nama marga yang selalu disertakan dibelakang nama kecilnya, Stratifikasi sosial orang Batak didasarkan pada empat prinsip yaitu :
Ø  perbedaan tigkat umur,
Ø  perbedaan pangkat dan jabatan,
Ø  perbedaan sifat keaslian dan,
Ø  status kawin.  
5.      Mata Pencarian
Pada umumnya masyarakat batak bercocok tanam padi di sawah dan ladang. Lahan didapat dari pembagian yang didasarkan marga. Setiap kelurga mandapat tanah tadi tetapi tidak boleh menjualnya. Selain tanah ulayat adapun tanah yang dimiliki perseorangan. Perternakan juga salah satu mata pencaharian suku batak antara lain perternakan kerbau, sapi, babi, kambing, ayam, dan bebek. Penangkapan ikan dilakukan sebagian penduduk disekitar danau Toba. Sektor kerajinan juga berkembang. Misalnya tenun, anyaman rotan, ukiran kayu, temmbikar, yang ada kaitanya dengan pariwisata.
6.      Religi
Pada abad 19 agama islam masuk daerah penyebaranya meliputi batak selatan. Agama kristen masuk sekitar tahun 1863 dan penyebaranya meliputi batak utara. Walaupun demikian banyak sekali masyarakat batak didaerah pedesaan yang masih mmpertahankan konsep asli religi penduduk batak.
Orang batak mempunyai konsepsi bahwa alam semesta beserta isinya diciptakan oleh Debeta Mula Jadi Na Balon dan bertempat tinggal diatas langit dan mempunyai nama-nama sesuai dengan tugasnya dan kedudukanya . Debeta Mula Jadi Na Balon : bertempat tinggal dilangit dan merupakan maha pencipta; Siloan Na Balom: berkedudukan sebagai penguasa dunia mahluk halus.
7.         Kesenian
  Seni Tari yaitu Tari Tor-tor (bersifat magis); Tari serampang dua belas (bersifat hiburan). Alat Musik tradisional : Gong; Saga-saga. Hasil kerajinan tenun dari suku batak adalah kain ulos. Kain ini selalu ditampilkan dalam upacara perkawinan, mendirikan rumah, upacara kematian, penyerahan harta warisan, menyambut tamu yang dihormati dan upacara menari Tor-tor. Kain adat sesuai dengan sistem keyakinan yang diwariskan nenek moyang.
8.         Hukum
Patik dohot uhum, aturan dan hukum. Nilai patik dohot dan uhum merupakan nilai yang kuat di sosialisasikan oleh orang Batak. Budaya menegakkan kebenaran, berkecimpung dalam dunia hukum merupakan dunia orang Batak.
Nilai ini mungkin lahir dari tingginya frekuensi pelanggaran hak asasi dalam perjalanan hidup orang Batak sejak jaman purba. Sehingga mereka mahir dalam berbicara dan berjuang memperjuangkan hak-hak asasi. Ini tampil dalam permukaan kehidupan hukum di Indonesia yang mencatat nama orang Batak dalam daftar pendekar-pendekar hukum, baik sebagai Jaksa, Pembela maupun Hakim.
9.         Konflik
Dalam kehidupan orang Batak Toba kadarnya lebih tinggi dibandingkan dengan yang ada pada Angkola-Mandailing. Ini dapat dipahami dari perbedaan mentalitas kedua sub suku Batak ini. Sumber konflik terutama ialah kehidupan kekerabatan dalam kehidupan Angkola-Mandailing. Sedang pada orang Toba lebih luas lagi karena menyangkut perjuangan meraih hasil nilai budaya lainnya. Antara lain Hamoraon yang mau tidak mau merupakan sumber konflik yang abadi bagi orang Toba.

v  Nilai Budaya
1. Kekerabatan
Nilai kekerabatan masyarakat Batak utamanya terwujud dalam pelaksanaan adat Dalian Na Talu, dimana seseorang harus mencari jodoh diluar kelompoknya, orang-orang dalam satu kelompok saling menyebut Sabutuha (bersaudara), untuk kelompok yang menerima gadis untuk diperistri disebut Hula-hula. Kelompok yang memberikan gadis disebut Boru.
2. Hagabeon
Nilai budaya yang bermakna harapan panjang umur, beranak, bercucu banyak, dan yang baik-baik.
3. Hamoraan
Nilai kehormatan suku Batak yang terletak pada keseimbangan aspek spiritual dan meterial.
4. Uhum dan ugari
Nilai uhum orang Batak tercermin pada kesungguhan dalam menegakkan keadilan sedangkan ugari terlihat dalam kesetiaan akan sebuah janji.
5. Pengayoman
Pengayoman wajib diberikan terhadap lingkungan masyarakat, tugas tersebut di emban oleh tiga unsur Dalihan Na Tolu.
6. Marsisarian
Suatu nilai yang berarti saling mengerti, menghargai, dan saling membantu.
Ada salah satu budaya yang tidak bisa lepas dari suku batak yaitu mengkonsumsi ikan asin. Mayoritas orang Batak sangat suka makan ikan asin. Terutama yang tinggal di Bonapasogit, semboyannya adalah : tiada hari tanpa ikan asin. Ikan asin sudah berjasa besar mengentaskan jutaan orang Batak dari kemiskinan; mencetak sejumlah jenderal, menteri, pejabat tinggi, pengusaha besar, dan menghasilkan sejuta sarjana. Jika mengikuti acuan budaya pop, ikon masyarakat Batak modern adalah gulamo ataugambas (ikan asin); terutama jenis kapala batu atau hase-hase.

2.3 Penyakit akibat budaya
Penyakit yang dapat ditimbulkan dari budaya suku batak yang mengkonsumsi ikan asin adalah Kanker nasofaring ( KNF ). Hal ini disebabkan karena, secara genetis orang Batak punya keunikan atau kelebihan dibanding etnis lain. Orang Batak memiliki gen HLADRB 108, yang tidak dipunyai oleh orang Jawa, Melayu, Minang dan suku-suku lain. Hanya orang-orang di Cina Selatan yang punya kesamaan dengan orang Batak dalam perkara genetis ini. Dan lantaran memiliki gen yang namanya sulit diucapkan itu, orang Batak sangat disukai oleh Karsinoma Nasofaring. Nama yang terdengar eksotis dan biasa disingkat KNF ini adalah, ternyata, “nama panggung” si kanker hidung.
Selain karena gen HLADRB 108, hal yang menyebabkan ikan asin menjadi penyebab KNF adalah di dalam ikan asin terdapat kandungan  yang dapat memicu virus dalam tubuh sehingga kekebalan tubuh akan menurun. Berdasarkan penelitian, kemungkinan adanya nitrosamin pada ikan asin karena dalam proses pengeringan dijemur di bawah terik matahari. “Diduga, sinar ultraviolet dari matahari yang membentuk nitrosamin pada ikan asin.

BAB III
KASUS DAN PEMECAHAN

“Jika ikan asin yang ada nitrosaminnya dikonsumsi anak di bawah umur 10, tahun yang kekebalan tubuhnya masih lemah, akan memicu virus yang ada dalam tubuhnya menjadi ganas,”Masa inkubasi virus ini memakan waktu 20 tahun, makanya banyak penderita KNF baru diketahui setelah berumur 40-an tahun.” KNF tidak memiliki gejala yang khas. Sering kali gejala permulaan hanya berupa flu biasa yakni pilek, kemudian telinga berdenging, dan sakit kepala namun sulit disembuhkan. Kadang diselingi sesekali ingus bercampur darah. Tumor ganas nasofaring memang sering hadir diam-diam. Gejala baru muncul ketika kanker sudah memasuki stadium lanjut
Dalam beberapa kasus yang dijumpai di rumah sakit di Sumatera Utara, pasien pengidap penyakit KNF sering kali gejala permulaan hanya berupa flu biasa yakni pilek, kemudian telinga berdenging, dan sakit kepala namun sulit disembuhkan. Setelah beberapa tahun kadaan ini akan semakin parah, sehingga orang batak akan datang kerumah sakit untuk mencari pengobatan dalam kondisi stadium 3-4 yang sudah sulit sekali untuk disembuhkan.
Jika datang dalam stadium 3-4, biasanya peluang bertahan hidup sudah sangat tipis. Paling-paling akan bertahan hidup 2-3 tahun saja. Tapi, jika datang dalam kondisi stadium 1-2, angka harapan hidup bisa lebih panjang. Hal itu terbukti, karena saat ini ada pasien KNF yang sudah 15 tahun masih bertahan hidup–sejak diberi radioterapi dan kemoterapi; dan masih melakukan aktivitas. Oleh sebab itu masyarakat dianjurkan melakukan check up secara teratur 6 bulan sekali, sehingga jika terdeteksi bisa diobati secara dini.(Waspada Online)
 “Jadi secara umum sangat sulit untuk mendeteksi penyakit ini. Bahkan ketika pasien sudah mimisan pun banyak dokter umum yang tidak tahu bahwa dia menghadapi kanker nasofaring. Alat deteksinya hanya ada pada dokter THT (Telinga, Hidung, Tenggorokan) bernama naso endoskopi,” ungkapnya. Alat ini dimasukkan ke lubang telinga. Biopsi atau pengambilan jaringan pun mutlak dilakukan untuk memastikan tingkat keganasan dan jenis pengobatannya. Oleh karena itulah sosialiasi sangat perlu digalakkan. Supaya masyarakat bisa mengetahui lebih awal penyakit yang mematikan ini, sehingga paramedis dengan mudah dapat melakukan pengobatan/penyembuhan.
Kanker nasofaring sendiri hingga saat ini belum ditemukan obatnya. Namun, penyembuhan atau pengobatan kanker nasofaring dapat dilakukan dengan menjalani radioterapi dan kemoterapi. Dalam menjalani pengobatan, penderita bisa membutuhkan waktu kurang lebih lima tahun. Penyakit kanker mematikan yang berada di belakang tenggorokan dan seringkali terlambat didiagnostik sehingga sulit untuk disembuhkan melalui metode penyinaran dan kemoterapi itu lebih banyak dijumpai pada warga berusia 40-50 tahun. “Pencegahan dapat dilakukan dengan cara menciptakan pola hidup dan lingkungan yang sehat, mengurangi konsumsi makanan yang memakai pengawet, dan menghindari polusi udara,” sarannya.



DAFTAR PUSTAKA

ANTROPOLOGI – Universitas Airlangga, Surabaya. 1992
Hidayah, Zuliyani.1997. Ensiklopedia Suku Bangsa di Indonesia. Jakarta: LP3ES
Koentjaraningrat.1971. Manusia dan kebudayaan di Indonesia. Jakarta: Djambatan
Melalatoa, M. Junus.1997. Ensiklopedi Suku Bangsa di Indonesia. Jakarta: Departemen  Pendidikan dan kebudayaan


No comments: